Mohon tunggu...
L. J. Literary Works©
L. J. Literary Works© Mohon Tunggu... Penulis - Writer, Novelist

To Inspire, To Motivate and To Explore

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Hidup adalah Pilihan

30 April 2023   23:48 Diperbarui: 1 Mei 2023   00:22 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
L. J. Literary Works© 

Kepada semua Sobat Kompasiana di mana pun anda berada,

Setelah sekian lama vakum akhirnya baru kali ini saya menyempatkan sedikit waktu lagi untuk menulis artikel. Selama ini saya terlalu fokus untuk bergelut dengan dunia nyata saya di sini. Bergelut dengan hidup yang cukup kompleks. Memiliki kehidupan kompleks itu tidaklah mudah, apalagi ketika kita adalah seseorang yang tidak memiliki apapun untuk dibanggakan. Sering kali saya mendengar bahwa dalam hidup ini adalah perjuangan, hidup ini adalah sebuah perjalanan, hidup ini adalah sebuah pilihan. Meskipun kita tidak memiliki apapun untuk dibanggakan, namun harga diri itu tetap harus ada. Mungkin hal itu benar adanya. Menghargai diri sendiri itu berarti menghargai anugerah yang Tuhan berikan juga kepada kita. Namun, ada satu hal yang sebenarnya harus lebih diutamakan yaitu didalam menjalani dan memperjuangkan hidup, kita tidak boleh kehilangan yang namanya harapan/asa (hope/wish) dan kepercayaan (faith). Apapun masalah yang kita hadapi, sesulit apapun itu, namun ketika kita telah kehilangan kedua hal tersebut percayalah, hal apapun yang kita lakukan pasti akan terasa lebih berat dan terbebani. Tanpa kedua hal tersebut, kita akan terombang - ambing di tengah samudera kehidupan yang luas seperti seorang nahkoda kapal yang kehilangan kompas hidup ketika ia sedang dalam perjalanan menuju daratan. Kompas hidup itu sendiri ibarat semangat yang akan menyetir dan membawa hingga kita selamat sampai pada tujuan yang kita tuju. Lantas, harapan (asa) dan kepercayaan yang bagaimana yang harus senantiasa kita tanamkan dalam benak kita dalam menjalani hidup ini?

1. Harapan/Asa (Hope/Wish)

Tidak semua orang memiliki harapan yang sama, bahkan tidak jarang pula kita tidak memiliki harapan, namun tidak sedikit pula orang yang kehilangan harapan akan hidup ini setelah ia mengalami sebuah peristiwa atau dilema. Harapan atau asa sendiri sebenarnya merupakan bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan untuk didapatkan atau suatu kejadian yang akan berbuah kebaikan dimasa yang akan datang. Tentu saja harapan itu sendiri berbentuk abstrak, tidak tampak, tetapi diyakini bahkan terkadang, dalam batin, harapan ini kerapkali kita jadikan sugesti agar semua keinginan kita bisa terwujud. Apakah berharap itu adalah sesuatu hal yang benar untuk dilakukan? Tentu saja tidak ada yang salah jika kita berharap akan sesuatu, akan tetapi ada baiknya kita jangan terlalu terikat akan harapan (asa) itu sendiri, terutama jika kita menaruh harapan itu pada manusia. Saya sering mendengar kata bijak yang mengatakan lebih baik menaruh harapan pada Tuhan Yang Maha Kuasa ketimbang menaruh harapan pada manusia, karena dengan menaruh harapan pada manusia maka kita harus bersiap untuk jatuh kedalam jurang penderitaan yang paling dalam, karena ketika kita terlalu menaruh harapan pada manusia, tidak jarang kita akan mendapatkan kekecewaan dan rasa sakit yang menggerogoti bahkan merobek serta mencabik - cabik isi hati kita, dan apabila kita sudah menghadapinya, maka muncullah akibat yang sering kita sebut sebagai rasa putus asa. Kita akan perlahan kehilangan arah dan tujuan hidup kita bahkan kita akan cenderung melakukan hal - hal negatif sebagai manifestasi (perwujudan) untuk menyiksa dan menyakiti diri sendiri, dan bagi segelintir orang cara dengan mengakhiri hidupnya sendiri merupakan pilihan terakhir baginya. Hal itu dikarenakan ia telah kehilangan kompas dalam hidupnya (harapan/asa) yang selama ini menjadi semangat dan kekuatan baginya untuk bertahan hidup sehingga ia tidak mampu berpikir jernih lagi alih - alih untuk melanjutkan sisa kehidupannya. Ada baiknya jika kita bisa memupuk harapan dalam diri sendiri agar senantiasa bisa menjadi lampu pijar yang akan terus menerangi langkah kita dengan cara :

a). Jangan terlalu berbahagia ketika kita baru saja mengalami kesedihan, begitu juga sebaliknya, jangan terlalu bersedih ketika kita baru saja kehilangan kebahagiaan kita, karena kita tidak tahu apa yang akan datang pada kita keesokan harinya. Bersikaplah sewajarnya dan berikan respon secukupnya pada hal yang sedang terjadi dalam hidup kita, akan membuat kita segera merasa lebih baik ketika kita mengalami salah satu dari hal tersebut.

b). Lakukan saja yang terbaik untuk mengejar impian kita sehingga jika impian kita belum terwujud, kita tidak akan terlalu merundung, karena dengan terlalu berharap pada hal yang kita impikan tersebut, kita akan sering mengalami kekecewaan dan depresi berat ketika kita tidak dapat mewujudkannya.

c). Ketika kita mengalami hari terburuk sekalipun, jangan pernah menyalahkan Tuhan maupun seisi alam semesta ataupun orang - orang disekitar kita, tidak terkecuali diri sendiri. Mungkin memang hari terburuk itu terjadi karena kesalahan kita sendiri, namun meski semuanya telah terjadi, biarkan saja dan kita cukup berdamai dengan keadaan, sebab dengan menyalahkan keadaan ataupun semua orang yang ada disekitar kita pun percuma saja, toh itu sudah menjadi pilihan kita sebelumnya dan semuanya telah terjadi. Kita hanya perlu mengikhlaskan, karena di dunia ini ada beberapa hal yang telah terjadi tidak bisa kita ubah lagi.

d). Selalu yakinlah bahwa harapan mungkin akan selalu hadir untuk mereka yang mempercayai adanya perubahan, karena harapan akan berubah menjadi jawaban jika kita terus mengiringinya dengan usaha sebab di dunia ini, tidak ada yang mustahil. Setiap harapan pasti akan menjadi nyata ketika kita mengiringinya dengan usaha dan doa.

e). Selalu yakin bahwa setiap orang memiliki hak yang sama untuk berharap untuk kehidupan yang lebih baik, jadi tidak ada yang salah dari sebuah harapan, karena kita cukup membulatkan tekad untuk meraih impian tersebut dan selalu harus kita tanamkan bahwa dibalik sebuah kegagalan, pasti akan ada harapan lain yang muncul untuk menjadi langkah pertama bagi kita yang tidak pernah menyerah untuk memulai sesuatu yang baru, sebab harapan yang baru akan memberikan kita kekuatan yang baru untuk mewujudkan impian agar menjadi nyata apalagi jika kita terus bekerja keras dan melakukan yang terbaik untuk mewujudkannya.

2. Kepercayaan (Faith)

Dalam sebuah hubungan yang kita jalin dengan siapapun, kepercayaan itu memegang kunci peranan penting yang bisa kita gunakan sebagai pengingat, karena kepercayaan merupakan keyakinan akan kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain. Kepercayaan ini ibarat kunci kehidupan yang harus senantiasa kita jaga, karena tanpa adanya kepercayaan ini, hidup hanya akan terisi oleh kecurigaan dan kebohongan. Saya sering mendengar kata bijak yang mengatakan bahwa kita adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya, untuk itulah ketika kita diberikan sebuah kepercayaan oleh seseorang maka jagalah kunci itu dengan sebuah kejujuran dan jangan pernah menodainya dengan sebuah kebohongan ataupun tipu muslihat. Ketika seseorang bisa jujur, maka berarti ia adalah seseorang yang bisa dipercaya dan bisa diandalkan oleh orang lain karena kepercayaan itu bukanlah sesuatu yang mudah dibicarakan dengan kata - kata, melainkan kepercayaan itu dibangun atas dasar landasan ketulusan dan kejujuran. Betapa mahalnya nilai sebuah kepercayaan itu, sehingga jika sampai ada yang tega mengabaikannya, maka sebuah hubungan itu akan menjadi retak dan kerapkali tidak akan mampu dibangun ulang kembali. Saat anda tidak mampu menjaga kata-kata anda sendiri, maka bersiaplah untuk kehilangan kepercayaan dari orang lain, apalagi jika anda menodainya dengan sebuah pengkhianatan karena inti dari sebuah hubungan adalah kepercayaan itu sendiri.

Kepercayaan bisa muncul apabila ada kejujuran dan ketulusan yang menyertainya. Barang siapapun yang menabur kejujuran, maka ia akan menuai kepercayaan dari semua orang, apalagi disaat seseorang berusaha untuk mengubur kecurigaan, maka tugas anda adalah harus menjaga baik - baik kepercayaan yang telah diberikannya, jangan pernah biarkan kebohongan memudarkan kesetiaan dan kepercayaan itu sendiri sebab kepercayaan itu merupakan kebutuhan emosional dasar dalam setiap hubungan. Dengan adanya kepercayaan yang bisa dijaga, itu akan membantu seseorang untuk mampu membuang rasa cemasnya, bahkan kita juga bisa menghindari konflik dengan orang lain, bahkan kita pun bisa membuka sebuah ruang bagi orang lain untuk menjadi dirinya sendiri ketika ia percaya bahwa kita adalah ruang paling tepat baginya untuk terbuka akan semua hal yang tidak mampu ia utarakan kepada dunia ini. Intinya, ketika seseorang telah memberikan anda sebuah kepercayaan, jangan pernah sesekali anda merusak kunci kepercayaan yang telah diberikannya padamu, karena sekali saja anda merusaknya, maka pintu hati yang berisi kepercayaan itu akan kembali tertutup dan tidak akan ada lagi kunci penggantinya bagi anda untuk kembali membuka pintu tersebut. Saat itu terjadi, jangan pernah anda menyalahkannya, akan tetapi tanyakanlah pada diri anda sendiri mengapa anda harus merusak kepercayaan yang telah diberikannya pada anda tersebut. Terakhir, jika anda tidak mampu menjaga kepercayaan tersebut, maka jangan pernah mencoba untuk mengobral janji padanya karena itu sama saja dengan anda menodai kepercayaan orang tersebut dengan sebuah kebohongan yang tidak berarti yang pada akhirnya akan merusak sebuah hubungan yang pada awalnya telah anda bangun atas landasan sebuah kepercayaan yang telah anda dapatkan sebelumnya dengan susah payah.

Sekali lagi, penulis hanya ingin menyampaikan kepada semua pembaca Kompasiana bahwa hidup itu adalah sebuah pilihan. Pilihan yang bagaimana ingin anda jalani. Apabila anda telah memilih hidup dengan sebuah impian yang ingin anda wujudkan, maka teruslah melangkah kedepan dengan harapan yang baru dan nikmati proses dari setiap perjuangan itu sendiri agar ketika kita meraih apa yang kita impikan itu kita akan mampu merasakan kepuasan dan kebanggaan itu sendiri, dan jika gagal maka jangan pernah berhenti pada apa yang telah kita mulai dan jangan pernah putus asa ataupun kehilangan harapan tersebut. Ingatlah, ada baiknya kita tidak menaruh harapan tinggi dalam wujud apapun pada manusia, karena kita tidak pernah bisa menjamin bahwa ia akan selalu menjadi seperti apa yang kita harapkan, bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa ia hanya akan menjadi penghalang bagi kita dalam proses meraih impian kita tersebut. Akan tetapi, apabila kita telah memilih untuk menaruh harapan pada manusia, maka seharusnya kita pun telah mempersiapkan diri andaikan segala sesuatu tidak berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan pada awalnya.

Begitu pula apabila kita telah memilih untuk menaruh kepercayaan pada seseorang maka jangan sesekali menyalahkannya apabila ia bukanlah seperti yang kita harapkan karena kita tidak pernah mampu mengukur dalamnya hati seorang manusia, kapan saja ia bisa berubah, begitu juga ketika kita telah memutuskan untuk memberikan kepercayaan kita padanya namun pada akhirnya harus dirusak olehnya maka kita pun harus mempersiapkan mental untuk menerima segala hal yang mungkin akan terjadi pada diri kita dan jangan pernah menyalahkan keadaan, karena pada awalnya kitalah yang bertanggung jawab atas pemberian kunci kepercayaan tersebut, namun begitu juga sebaliknya, apabila kita adalah orang yang dipercayakan untuk menjadi juru kunci kepercayaan tersebut, maka janganlah sesekali kita sampai hati merusaknya apalagi menodainya dengan kebohongan ataupun pengkhianatan yang pada akhirnya akan merusak sebuah hubungan yang selama ini telah kita bangun bersama dengan orang tersebut. Semoga semua para pembaca Kompasiana dapat terhindar dari hal - hal negatif seperti kebohongan, kekecewaan, ataupun pengkhianatan dan dapat senantiasa menjalin hubungan yang baik dengan mereka yang benar - benar tulus dan mau menghargai serta menerima kita apa adanya. Ingat, kunci untuk menghindari hal - hal tersebut diatas ialah tetap berhati - hatilah dan jangan terlalu mempercayai seseorang apalagi orang yang senang mengobral janji atau memberi harapan palsu jika anda tidak ingin merasakan neraka dunia ketika anda telah terjatuh ke dalamnya.

Salam hangat,

Freelance Writer

L. J. Literary Works©

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun