NADA pemberitahuan pesan whatsapp berbunyi sedari tadi. Bunyinya berantai. Pasti dari grup alumni.
Ada belasan grup di whatsapp-ku. Ada grup organisasi, perusahaan tempat bekerja, ada juga grup rame-ramean. Ya rame-ramean, soalnya di grup ini aku bisa melepas penat, setelah seharian bekerja, dengan lawakan segar teman di masa silam.
Salah satu yang rameini grup alumni. Alumni SMP, SMA, dan kuliah. Cuma alumni SD yang belum punya. Grup ini memang sengaja enggak dibisukan.Â
Sebagian besar grup ini, aku yang menginisiasi. Hanya beberapa yang kebetulan teman duluan yang bikin. Tapi aku juga jadi admin di grup itu. Hehe maaf kawan bukan sok leader, pease. Sumpah! ini cuma untuk manjang-manjangin tulisan.
Aku sendiri sebenarnya tipe orang pendiam. Kalau di grup organisasi, bisnis, maupun perusahaan lebih memilih jadi silent reader. Kecuali memang ada sesuatu yang urgen yang mengharuskan ikut berkomentar. Tapi kalau di grup alumni ini aku usahain selalu ilut komentar. Meski sekadar menulis "Nyimak" atau "Otewe".
Ngomongin grup, ramenya di awal. Hangat, menyenangkan, lucu, karena yang lama tidak ketemu kini berjumpa di dunia maya. Ya enggak?Â
Di awal ini lah mulai terlihat karakter-karakter penghuninya. Ada yang baru muncul, belum sempat komentar apa-apa sudah meninggalkan grup. Ada yang alasan hp-nya enggak bisa kebanyakan grup. Lainnya enggak ada alasan, langsung menghilang, mungkin enggak pengin rame.
Kalau ada yang seperti itu, kadang langsung tanya dan ku minta masukan lagi di grup. Sebagian lainnya aku abai karena memang  orangnya pasti enggak mau.
Namanya grup masa silam, tentu banyak kenangan di dalamnya. Ada gebetan, ada mantan, ada yang pernah musuhan. Uhuk..uhuk.. Kalau enggak konsentrasi bisa berujung curhat nih. Huh! Harus fokus.
Ya seperti itu. Nah bahayanya, kehidupan sekarang berbeda dengan kehidupan lalu. Puluhan atau belasan tahun silam. Kalau dulu seandainya sudah ada medsos seperti sekarang, paling-paling bahas soal cinta-cintaan, paling ekstrem bahas PR.
Nah kalau sekarang? Mau bahas gebetan, mau bahas cinlok, mau bahas CLBK, bisa-bisa berterbangan piring, cobek, rinjing, dan mangkok seng di rumah. Bagi pembaca di luar Kalimantan bisa tekan tombol bilingual hehe..
Maklum gan, sudah berkeluarga. Kadang hp bisa saja beralih tangan ke anak atau si nyonya. Kalau kedapatan bahas gebet-menggebet bisa berujung disabet.
Parahnya kalau ada yang ngirim konten dewasa, aduh bahayakan kalau terbuka anak. Yang sedih lagi kasihan yang jomblo, perasaannya pasti terkoyak-koyak. Merana. Â Tersiksa. Bahkan lari sambil nangis di bawah runtuhan hujan.
Tentu kita enggak mau itu semua terjadi pada diri dan teman kita di grup. Kalau sudah terjadi kayak gini ujung-ujungnya bisa berantem antarpenghuni grup.
"Gara-gara kamu nih ngeshare kayak gitu suami ku marah."
"Mikir ui, sebelum ngeshare."
Bla..bla..bla..
Lalu muncullah penghuni sok bijak.Â
"Sudah kawan, sabar, jadi pelajaran bagi kita supaya enggak ngeshare semacam itu. Grup ini tempat bersilaturahmi bukan untuk berkelahi."Â
Ujung-ujungnya ada penghuni yang meninggalkan grup. Lalu grup pun sepi.
"Kenapa grup ini sepi?"
"Malas, terlalu banyak yang pintar, terlalu banyak yang banyak omong, terlalu banyak yang sok bijak, terlalu banyak yang sok ceramah."
Hmmmm.. Ya seperti itu.
Mimpi buruknya nanti kalau ketemu jadi enggak saling tegur. Bukannya silaturami malah memutus silaturahmi.Â
Sudahlah kawan! Zaman sekarang enggak zaman kebawa perasaan alias baper. Kalau tersinggung di grup mungkin liburan kita kurang jauh, ujar orang bijak di statusnya. Cobalah melihat sisi lain dari komentar kawan meski kadang berbeda pandang dengan kita.
Memang grup ini tak seheboh grup mobile legend yang kalian gandrungi. Tak serempong grup zumba, arisan, dan rumah nutrisi kalian. Tapi menurutku grup alumni ini yang terindah. Baiklah, aku sudahi tulisan anak kecil ini. Salam perkawanan. Baik lah ini ending dari tulisan ini. Bye kawan grup alumni sehat selalu.(*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI