Kawan,
Mari datang tengoklah deritaku:
Dirumahku terjadi kegilaan!
Ibuku seorang lelaki
Mulutnya diam dan tangannya giat
Peluh selalu membasahi dirinya
Rasa asin mengeraskan wajahnya
Dia senang bergerak
Menghidupi ayahku dan kami anak-anaknya
Debu dan kotoran memenuhi tubuhnya
Yang terpangang matahari
Hidupnya serupa kecebong
Tapi dia mengaggumi kampret
Dan senang menghina kecebong
Hatinya cinta pada para kampret
Ayahku seorang perempuan
Wajahnya penuh solekan
Giat mulutnya bercincong
Ludah selalu membasahi bibirnya
Manis rasanya melembutkan mukanya
Ia suka diam berbaring berdandan
Tahunya mengomeli ibuku dan kami anak-anaknya
Hidupnya sama seperti kampret
Tapi ia menganggumi kecebong
Dan senang menghina kampret
Hatinya berharap pada para kecebong
Ah, kawan
Lihatlah kegilaan dirumahku!
Ibuku seorang kecebong
Berharap kampret mengubah hidup jadi lebih baik
Ayahku seorang kampret
Berharap kecebong merubah keadaan jadi lebih baik.
-Makassar, 28 Oktober 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H