Mohon tunggu...
Ody Dwicahyo
Ody Dwicahyo Mohon Tunggu... Sejarawan - Konsul Kehormatan Republik Indonesia untuk Zootopia

Konsul Kehormatan Republik Indonesia untuk Zootopia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menguping Babu, Menjebak Panglima: Mengenal Abang Kifli

15 Januari 2019   10:11 Diperbarui: 15 Januari 2019   10:51 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan Letnan Jenderal Zulkifli alias Abang Kifli

Dukungan politik Soebandrio terhadap Azahari salah satunya diberikan melalui restu untuk membentuk Kabinet Kalimantan Utara. Mayoritas anggota kabinet yang dipilih oleh Azahari dan direstui Soebandrio adalah putra Kalimantan berhaluan kiri dengan pengecualian pada Abang Kifli. Posisinya yang strategis sebagai menteri pertahanan mendorong Soebandrio untuk memberi perhatian lebih. Terlebih karena Soebandrio mengetahui bahwa pelindung Kifli di Jakarta adalah ex-Kepala BPI sekaligus salah seorang rival politik besarnya; A.H. Nasution.

 Siap Konfrontasi Berujung Desersi 

Setidaknya sejak bulan Mei tahun 1963, koran-koran Malaysia dan Singapura banyak memuat pernyataan dan menyebut nama Abang Kifli. Pada 3 Mei 1963, Surat kabar berbahasa Melayu Berita Harian mengabarkan bahwa Abang Kifli tidak menampik tuduhan pemerintah Malaysia bahwa dirinya berada di balik penyerangan terhadap anggota polisi, penyerbuan gudang senjata, dan kekacauan lain di Tebedu, Kuching. 

Tepat satu bulan kemudian, surat kabar yang sama mengabarkan bahwa Abang Kifli dipilih oleh Azahari untuk memimpin 50.000 sukarelawan dari Partai Persatuan Rakyat Sarawak untuk memperjuangkan kemerdekaan Kalimantan Utara.

Bahkan pada penghujung tahun 1963, Azahari mengeluarkan ultimatum kepada masyarakat Sarawak yang memilih untuk membantu tentara Inggris dan Gurkha. Setiap bantuan yang diberikan kepada tentara Inggris dan Gurkha akan dibayar dengan nyawa. 

Namun, kegarangan Abang Kifli tak berlangsung lama. Pada bulan Februari 1964, Berita Harian dan The Strait Times mengabarkan bahwa A.M. Azahari telah memecat Abang Kifli dari jabatan menteri pertahanan di dalam kabinetnya. Meskipun sumber lain seperti dimuat dalam Berita Harian pada 13 Februari 1964 menyebutkan bahwa Abang Kifli telah mengambil alih kepemimpinan Partai Persatuan Rakyat Sarawak dari A.M. Azahari.

Menurut Ken Conboy, semangat konfrontasi Abang Kifli berakhir dengan keputusan konyol untuk melarikan diri ke Jakarta sesaat sebelum menjalankan operasi inflitrasi yang oleh BPI diberi sandi Operasi "A". 

Sadar bahwa ia dalam posisi tidak aman, Abang Kifli cepat-cepat meminta suaka dari Kedutaan Besar Filipina di Jakarta. Tak mengindahkan situasi regional yang sedang panas, Kedutaan Filipina mengabulkan suaka tersebut dan memberikan Abang Kifli tempat bersembunyi di kantor kedutaan yang berkedudukan di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.

Gosip ART dan Akhir Petualangan Abang Kifli

Menlu Soebandrio yang berang atas pelarian Abang Kifli memerintahkan agen-agen BPI untuk menangkapnya. Semenjak berada di bawah kepemimpinan Brigadir Jenderal Polisi Sugeng Sutarto, BPI kerap kali mendelegasikan tugas intelijennya kepada tekek polisi. 

Pasukan gabungan ini dengan cepat dapat melihat celah yang dapat mereka gunakan untuk meringkus Abang Kifli. Celah tersebut adalah kantor kedutaan besar Filipina yang cenderung sepi pada hari minggu sore. Dari mana para agen BPI dan intel kepolisian mendapatkan informasi ini? Jawabannya adalah menguping perbincangan antara asisten rumah tangga kantor kedutaan yang sering melepas penat di suatu warung yang terletak tak jauh dari kantor kedutaan besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun