Pada tahun pertama berdiri, Teater Alam langsung dapat menembus Taman Ismail Marzuki yang dikenal sangat ketat membuka ruang bagi kelompok teater di luar tiga kelompok yang mendapatkan fasilitas dari mereka untuk tampil setiap tiga bulan sekali (Teater Kecil, Teater Populer dan Bengkel Teater Yogyakarta). Teater Alam dapat dikatakan sebagai satu-satunya kelompok teater dari Yogyakarta yang pada tahun 1970-an berhasil tembus ke TIM dan mendapatkan fasilitas setelah Bengkel Teater.
Teater pimpinan Azwar AN ini juga berhasil mendidik para teaterawan yang masing-masing memiliki gaya sendiri-sendiri, dan kemudian berhasil mengembangkan kelompok teater yang kuat di Yogyakarta. Sebut saja Noor WA dengan Teater Jeprik-nya (yang juga dikenal sebagai pelopor Teater Sampakan), Puntung CM Pudjadi dengan Teater Shima-nya, Wahyana Giri MC dengan Dewan Teater Yogyakarta-nya. Juga berperan dalam menumbuhkan minat para pemuda kampung untuk berteater dengan kegiatan Arisan Teater di penghujung tahun 1970-an yang kemudian dihidupkan lagi pada tahun 1980-an oleh Himpunan Teater Yogyakarta (HTY).
"Azwar AN, Manusia Teater", sebagai buku pertama disampaikan oleh Roso Daras berisi tentang perjalanan hidup Azwar AN, yang telah berkecimpung dalam teater sejak kecil. Pada buku ini dilengkapi oleh kesaksian-kesaksian dari anak-cucu Azwar AN, dan orang-orang terdekat yang pernah bergelut dalam berbagai aktivitas Teater Alam, termasuk juga kegiatan di luar teater.
"Teater Alam, Di Panggung Zaman," berisi tentang kiprah teater alam yang dikaitkan pula dengan perkembangan teater dunia dan teater indonesia. Secara ringkas, Prof. Dr. Yudiarni menjelaskan tentang isi buku ini.
Selanjutnya, buku ketiga "Potret Teater Alam, Warna-Warni Testimoni" disampaikan oleh Bambang JP.
Bedah buku yang dihadiri oleh para teaterawan utamanya yang pernah menjadi anggota, juga dihadiri oleh para pegiat teater lainnya. Tampak hadir diantaranya Tony Broer, yang pernah aktif di Teater Payung Hitam Bandung, yang kini dikenal mengembangkan "teater tubuh" dan baru saja menyelesaikan studinya di ISI. Godor dari Teater Dinasti, Hamdy Salad dari Teater Eska, R Toto Sugiharto, peneliti dan pengamat kesenian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H