Setengah keberanian sebagian rakyat yang berteriak ganti presiden dipenuhi Rocky lewat tukikan metafora-metafora yang langsung mengarah ke jantung Istana.Â
Setengah geliat pikiran sebagian rakyat yang jenuh dengan pencitraan, digenapkan Rocky dengan 'arogansi' intelektual-nya yang meretakan cermin keindahan penguasa.Â
Kritikan Rocky bernilai puluhan lipat dari ratusan 'bacotan' politisi oposisi. Dia memborong pekerjaan partai oposisi yang memang sejak reformasi tak kunjung bertaji.
Mungkin karena inilah tawaran akal sehat Rocky diterima bahkan oleh kalangan yang sebenarnya semaian pikirannya dalam banyak hal berbeda bahkan bertolak belakang dengan Rocky, demikian juga sebaliknya.
Walau sebenarnya 'kelakuan' Rocky yang seperti ini sudah dia lakukan sepanjang bergelut di dunia intelektual dari orde baru hingga masa SBY, tetapi memang dua tahun ini Rocky 'menggila'.Â
Di zaman SBY, Rocky juga tak kalah keras. Olok-olokannya soal lumpur lapindo begitu satire dan pembelaannya terhadap Sri Mulyani terkait kasus Bank Century begitu sarkas.Â
Bisa jadi, masa SBY, dia tidak memilih televisi dan media sosial sebagai sarana sehingga gaungnya tak sebesar ini. Atau bisa jadi juga, kejengkelannya terhadap pemerintahan SBY, tidak sebesar kejengkelannya terhadap pemerintahan saat ini. Â
Rocky, atas semua tingkah lakunya yang semakin 'menjadi-jadi' ini memang harus dihentikan atau setidaknya direm. Bisa lewat delik maupun lewat delegatimasi.Â
Keduanya saat ini sedang dijalankan. Lewat delik mungkin akan gagal, makanya saat ini sedang dicoba lewat delegitimasi. Para kolega, bahkan yang mengaku sehabatnya dan ratusan orang yang mengaku pemikir sedang berbaris rapi mendelegatimasi seorang Rocky.Â
Delegitimasi juga dijalankan lewat aksi-aski penolakan ceramah Rocky. Namun, sepertinya upaya menghentikan Rocky sudah terlambat. Perahu layar Rocky saat ini sudah mau sampai ke dermaga. Sementara, kapal pesiar para pendelegatimasi sedang tersangkut diantara perairan dua pulau reklamasi yang pengerjaannya terhenti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H