Seakan ditelan bumi
Emosi ini tak ada yang tersisa di diri
Sirna dan membingungkan pemiliknya
Memancarkan kasih dengan luap amarah
Namun...
Lautan kata terlontar begitu menyakitkan
Berdampak luka yang sangat dalam membara
Terkadang sumpah serapah ingin diucap
Namun akhirat berontak menolak
Manusia itu banyak berjasa
Sehingga sang kuasa begitu menyayangi
Perkataanya penuh kebodohan
Hanya robekan kecil diujung sampul
Membuatnya tak berharga dan usang
Mencela tanpa tahu
Dampak buruk yang melambai di hulu
Gemetar membayanginya setiap waktu
Terlalu sakit untuk mengungkapkan
Disebab lilitan wajah penuh amarah
Yang selalu menyapanya setiap salah
Ego memang...
Yang melintas hanya kesedihan sendiri
Tak menahu rasa yang berpadu
Menerawang bisu..
Membahas sendiri persoalan waktu
Rengkuhan yang selalu ia lakukan sendiri
Harapan tangan lain ada yang membantu
Namun kenyataan membuatnya ngilu
Karena yang terdekat pun ragu
Sunyi...
Mengharap ramai menghampiri
Tapi masa mengatakan..
Ramai pun kau selalu sendiri
Ciptaan memang menyebalkan
Membuka jalan tanpa beri arahan
Meninggalkan ditengah bara yang membakar
Munafiq..
Berlian membuatnya lupa arahan
Membabi buta ditengah kawanan sendiri
Menghunus mencari sasaran
Dan yang terkena adalah kawan.
Sadarlah diri..
Kembali..
Kembali kepada ilahi
Hamparan luas menjadi saksi
Betapa baiknya yang pencipta diri
Memberikan tangan untuk menaungi
Tak memandang jutaan jarum yang berdiri
Disekitar diri ini..
Sadarlah...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H