Mohon tunggu...
Nia Febriana
Nia Febriana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Cerpen - Cerbung - Review - Daily

hihihi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerbung Friendshit Episode 6 - Luka

5 Juli 2022   09:38 Diperbarui: 5 Juli 2022   09:40 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/id/photos/wanita-orang-matahari-terbenam-491623/

Kita sudah lama tidak bersua, tapi sekalinya kau mengabariku, itu berita duka

2020, di masa itu.

Aku dan Denis memakai pakaian serba hitam, memandang gang yang agak sempit tertancap karangan papan bunga berbaris rapi. Tiga hari berlalu, warna-warni bunga redup, layu bahkan putus satu persatu dari tangkainya. 

Aku mencengkram lengan Denis karena takut jatuh dan tidak sanggup melihat keadaan Kia di dalam rumahnya. "Kia pasti sedih banget, dalam sekejap... orang tuanya benar-benar tiada. Sekarang dia sendiri." 

"Dia gak sendiri, ada kamu yang selalu siap untuk jadi sahabatnya." Denis menyemangatiku.

"Meski aku baru datang sekarang karena harus menyelesaikan ujian semester akhir di kampusku yang jauh?"

"Ada yang lebih telat."

"Siapa?"

"Katamu, Tata juga belum datang kan?"

"Yap, dia sedang liburan di Bali."

Aku melangkah pelan memasuki teras rumah Kia. Pintu rumahnya terbuka lebar. Bagaikan deja vu, aku melihat wajah Kia yang sayu menoleh ke arahku. Dia berdiri, langsung memelukku. Terasa air matanya merembes di pundakku. Akupun ikut menangis.

Pertama kali aku mendapat pelukan hangat seorang sahabat. Aku menyesal baru menemuinya hari itu. Andai aku dapat hadir di sampingnya saat mimpi buruk Kia terjadi. 

Aku dan Denis duduk terdiam mendengarkan Kia bercerita tentang hari terakhir bersama orang tuanya. Sesekali menangis, lalu tersenyum seolah keikhlasan sudah ditunaikannya.

Mungkin tiga atau empat jam aku berada di rumah Kia, membantu menyiapkan makan siang bersama, dan merapikan barang-barang peninggalan orang tuanya. Lalu, terdengar derap langkah kaki masuk.

"Kia!" Tata datang, suaranya bergetar. Dia berpakaian casual dan hanya memakai mules.

"Kayaknya Tata baru landing." Denis berbisik padaku.

Kia diam di tempatnya berdiri, mungkin tidak sanggup melangkah. Nafasnya semakin berat, dia menangis lagi. Lebih besar dari tangisan sebelumnya. Seluruh rintihan ditumpahkan saat Tata memeluknya erat. 

Di balik suara Kia yang sengau, aku mendengar sepasang kata 'aku menunggumu'

Kata yang tidak Kia ucapkan padaku. Aku berdiri gamang, Denis yang sedari awal di sampingku berganti posisi, mematung di hadapanku menghalangi pemandangan pilu. Pilu untuk siapa? Pilu bagi siapa? 

Beranjak dari masa itu, satu tahun kemudian, 2021 menjadi awal baru. Awal yang memutar keadaanku 180 derajat.

Aku menyadari kapasitasku sebagai mahasiswa tingkat akhir berat sekali. Judulku baru diterima saat yang lain sudah seminar proposal. Aku terkendala oleh kurangnya bahan penelitian, dosen pembimbing yang menyebalkan dan teman-teman yang kompetitif. 

Aku hilang kontak dengan Kia dan Tata, tapi tidak dengan Denis. Kali ini, di plataran Perpustakaan Nasional RI selepas mencari literatur tambahan untuk skripsi kami, dia mendadak bertanya padaku. "Semenjak hari itu, kamu gak pernah ketemu mereka lagi?"

"Gak." Kataku singkat.

"Bukannya mereka sering jalan bareng ya?"

"Masa sih?"

"Wah, berarti kamu gak diajak"

"Serius, kapan memangnya? Mungkin aku lupa."

"Hari minggu kemarin."

"Oh, kalau itu sih mereka sempat ngajak, awalnya aku sudah oke. Tapi tiba-tiba dosen pembimbing mengirim email revisi dan senin harus diajukan ulang. Batal ketemu deh. Ada lagi?"

"Hari ini."

"Memang ada apa hari ini?"

"Jangan-jangan kamu belum lihat status wa Kia?"

Aku membuka kunci layar, menekan simbol aplikasi tersebut, kucari nama Kia dalam daftar status. Nihil.

Denis melakukan hal yang sama, dia bergerak cepat. "Nih, lihat sendiri."

Mulutku ternganga seperti orang dungu. "Kok, di aku gak ada ya?" 

"Duh, kok bisa? Bisa jadi kamu di-hide." 

Yap. Itu jawaban yang seratus persen memiliki kemungkinan terbesar.

"Padahal baru satu bulan Kia keluar dari rumah sakit. Sekarang malah jalan-jalan terus."

Aku terkejut bukan main, semua orang tahu keadaannya tapi tidak denganku. "Hah! Rumah sakit? Maksud kamu, Kia sempat dirawat di rumah sakit?"

"Kamu gak tau juga? Dia gak kasih kabar? Padahal dia bikin status. Aku bahkan sempat mengucap 'semoga cepat sembuh' untuknya."

"Maksudnya apa ya? Kenapa dia... oke kalau memang benar aku di-hide, tapi kenapa?" 

"Hmm... mungkin maksudnya baik, dia gak mau membebani pikiranmu karena semester ini kamu sibuk banget. Dan, tentang hari ini alasan dia gak ngajak kamu main, bisa jadi karena alasan yang sama. Dia hide kamu supaya kamu fokus."

Otakku kian memanas memikirkan perkataan Denis. "Huh? Tumben kali ini kamu membelanya." Bibirku menyungging.

"Bukan begitu, cuma ingin meluruskan saja."

Aku mulai jengkel, kali ini sungguh tak bisa menyembunyikan perasaanku yang kacau. 

"Kamu juga tahu kan sejak awal gak ada yang lurus dan baik-baik saja antara aku dan mereka. Terutama Kia. Tapi aku gak pernah sangka akan seperti ini. Kalau cuma meng-hide aku di saat bahagianya karena ingin berbahagia dengan orang lain, aku terima. Tapi, kalau sampai enggan berbagi kesedihan padaku sebagai kawan, aku merasa gak berguna."

Denis mengangguk, "Aku paham, sekarang kamu pasti bertanya-tanya apa arti persahabatan jika tidak ada yang percaya dan leluasa membagikan keluh kesah bahkan kebahagiaannya kepada sesama."

"Atau ini terjadi karena aku membatalkan pertemuan hari minggu kemarin? Apa kamu tahu dimana letak kesalahanku?"

"Gak, kamu gak salah. Hanya saja..."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun