Kukira, masa-masa yang kita miliki akan kutulis dengan penuh kemalangan, rupanya masih ada bagian yang patut disebut indahnya kenangan.
2015
"Happy Birthday Yuna!" Sorak seisi kelas saat aku diambang pintu. Mereka berjejer seperti menyambut tamu agung. Kemudian, meledakkan confetti. Butiran-butiran kertas menghujani rambutku yang lepek, alhasil, semua menempel dan aku harus menyekanya satu per satu.
Aku tidak menyangka akan mendapat kejutan. Tapi, aku senang bisa merayakan ulang tahun terakhir sebelum kelulusan bersama teman-teman. Ternyata itu ide dari sahabatku. Tata dan Kia.
Kue tart diameter 18 senti tersaji di mejaku. Dua lilin terukir angka 1 5 menancap di atas butter cream berhias cokelat bubuk. Setelah bernyanyi bersama, kutiup lalu kupotong kue itu. Aku suguhkan potongan pertama dan kedua untuk Tata dan Kia. Ketiga untuk Denis, dan seterusnya dibagi rata untuk teman-teman yang lain.
Aku menerima sebuah kado dari kedua sahabatku, bentuknya persegi panjang. Hmm... seperti sebuah buku. Kumohon, jangan buku pelajaran. Mual sekali jika menerimanya.
"Wah!" Aku nyengir saat unboxing kado itu. Syukurlah, jauh dari ekspektasiku.
"Suka gak?" Tanya Kia.
"Kalau kalian yang kasih, suka dong. Sukaaa banget. Makasih." Jawabku melihat sampul yang mengkilap.
Tata menggantung lengannya di pundakku, "Ini novel best seller, dan limited banget di Indonesia. Kamu harus jaga baik-baik ya untuk kenangan-kenangan. Sebentar lagi kan kita berpisah, gak bisa sekolah bareng lagi."Â