Mohon tunggu...
Ocyid
Ocyid Mohon Tunggu... Lainnya - In the Age of Information, being unknown is a privilege

Hidup seperti ngopi, ngeteh, nyoklat: manisnya sama, pahitnya beda-beda

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

SIBBuK (Bag. 7): Mempertanyakan Penggunaan Elemen "Sri" dalam Nama "Sriwijaya"

1 Oktober 2024   00:41 Diperbarui: 27 November 2024   17:52 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peristiwa bersatunya orang-orang Bhoja dan Melayu menjadi Sri Bhoja (Dokpri)

Baik di Thailand dan Filipina, penggunaan kata “Sri” ini dapat ditemukan pada raja-raja jaman dahulu, seperti pada nama Śrī Indrāditya (Si Inthrathit) pendiri kerajaan Sukhotai di Thailand dan pada nama Sri Rajahmura Lumaya (Sri Lumay) pendiri kerajaan Cebu di Filipina. Sedangkan di Malaysia, penggunaan gelar kehormatan ini masih dapat ditemukan hingga kini, seperti pada gelar-nama yang dimuliakan Dato' Sri (Datin Sri) Siti Nurhaliza binti Tarudin, yang mulia Datuk Seri Utama Haji Anwar bin Ibrahim, dan juga pada gelar para penguasa negara bagian Malaysia: Seri Paduka Baginda (Yang di-Pertuan Agong).

Penggunaan gelar yang hampir sama juga digunakan di Brunei Darussalam, seperti pada yang mulia Paduka Seri Begawan Sultan Haji Omar 'Ali Saifuddien Sa'adul Khairi Waddien, gelar ayahanda dari Sultan Brunei; yang mulia Paduka Seri Baginda Sultan Hassanal Bolkiah. Dan, sebagaimana yang terjadi dengan contoh-contoh penggunaan gelar kehormatan ini di Indonesia, penulis juga secara jujur mengakui tidak mengetahui secara pasti aturan-aturan penggunaan gelar-gelar ini. Adapun, gelar-gelar ini disertakan tidak lain sebagai contoh bahwa, seperti Indonesia, gelar “Sri” ini juga dikenal – dan bahkan masih digunakan di beberapa kawasan di Asia Tenggara.

Penggunaan gelar-gelar yang menggunakan kata dalam bahasa Sanskerta ini yang kembali menghubungkan India dengan Asia Tenggara pada umumnya dan Indonesia pada khususnya. Kata ini diambil dari bahasa Sanskerta “श्री” (Shri) dan, menurut kamus bahasa Sanskerta Sir Monier Williams (A Sanskrit-English Dictionary, 1872), kata ini memiliki beberapa arti.

Sejujurnya, tidak mudah memahami arti kata ini dalam kamus yang disusun oleh Sir Williams, sebab arti katanya lumayan banyak. Yang pasti, kata ini memang digunakan di depan (awalan atau prefiks) nama  dewa-dewa (deities), orang-orang yang dihormati, karya-karya agung (seperti buku Sri-Bhagavata atau Bhagavata Purana), dan benda-benda sakral/keramat sebagai gelar pemujaan atau kehormatan (honorific or respectful prefix - hal. 1025).

Arti dan penggunaan kata
Arti dan penggunaan kata "Sri" dalam kamus Sir Sir Monier Williams (Dokpri)

Gelar kehormatan “Sri” sepertinya sudah sangat lama digunakan. Contohnya, gelar kehormatan ini terukir pada prasasti peninggalan kerajaan jaman dahulu di India, seperti yang dapat ditemukan dalam prasasti Prayag (Prayag Prashasti) yang dipahat di tiang (pilar) Allahabad. Pada prasasti yang disebut-sebut diukir oleh penyair dan menteri Sri Harishena atas perintah maharaja Samudragupta yang berkuasa pada abad ke-4 Masehi ini, kita dapat menemukan gelar “Maharaja Sri Gupta” – pendiri dinasti Gupta di India. Dalam situs Wikipedia tentang raja ini, raja Gupta (Gupta [king]), terdapat penjelasan bahwa gelar tersebut juga diberikan pada dua nama lain dalam prasasti yang sama, yaitu Sri Gatotkaca dan Sri Chandragupta. Sayangnya, berbeda dari keterangan yang ada pada gelar maharaja Sri Gupta, bagian ini tidak diperlihatkan secara langsung atau dijelaskan lebih lanjut.

Sedikit catatan, situs tersebut juga menyebutkan bahwa, pada awalnya, gelar “Sri” dianggap sebagai (bagian) “nama” dari maharaja Gupta (Sri Gupta) – belakangan, baru diketahui bahwa kata “Sri” tidak lain merupakan suatu “gelar kehormatan” dan bukan bagian dari nama sang maharaja agung (dilihat pada 16/07/2024). Bagian ini yang sebenarnya cukup penting untuk disimak – tentu, dengan penelusuran lebih lanjut dan sumber yang lebih spesifik.

Penggunaan gelar
Penggunaan gelar "Sri" (श्री) di depan nama Maharaja Samudragupta - Wikipedia “Samudragupta” (Dokpri)

Keterangan terkait gelar “Sri” yang pada awalnya dianggap sebagai bagian dari nama maharaja Gupta (Sri Gupta) yang terdapat dalam situs Wikipedia “Gupta (king)” mengacu pada penjelasan yang diberikan guru Ashvini Agrawal dalam bukunya, Rise and Fall of the Imperial Guptas (1989, hal 84-85). Sayangnya, penulis tidak berhasil membaca isi dari sumber ini. Karenanya, penulis tidak dapat menyertakan dan membahas tentang keterangan beliau. Pun demikian, terdapat keterangan mengenai hal yang serupa dalam buku Corpus Inscriptionum Indicarum Vol. III: Inscriptions of the Early Gupta Kings and Their Successors (1888) karya Mr. John Faithfull Fleet. Dalam bukunya, Mr. Fleet membahas terkait penggunaan kata "Sri" di depan nama (maharaja) "Gupta":

Pembahasan Mr. Fleet terkait penggunaan kata
Pembahasan Mr. Fleet terkait penggunaan kata "Sri" dalam bukunya (Dokpri)

Dalam bukunya, Mr. Fleet menerangkan bahwa Mr. VA Smith, yang menulis buku The Early History Of India, menyarankan (menyimpulkan) bahwa nama maharaja Gupta bukanlah hanya “Gupta” semata, tetapi “Srigupta”. Dalam kasus ini, partikel “Sri” menjadi bagian dari nama “Gupta” – dan bukan suatu gelar. Menurut argumentasi Mr. Smith, hal ini dikarenakan bentuk lampau “Gupta”, yang berarti “dilindungi”, tidak dapat berdiri sendiri untuk sebuah nama. Berbeda jika nama ini ditambahkan awalan “Sri”, nama ini akan berarti “(yang) dilindungi (dewi) Sri (= Dewi Padi) atau dewi Laksmi”. Dalam pandangan Mr. Smith, hal ini akan membuat nama ini memiliki suatu pemaknaan yang utuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun