Serupa dengan meester Groeneveldt dan Takakusu sensei, monsieur George Cœdès juga menyinggung keterangan-keterangan para pedagang Arab-Persia yang menyebutkan tentang kerajaan “Sribuza” yang berada di bawah kekuasaan Maharaja Zabag (Zabedj = Jawa). Dalam bukunya, The Indianized States of Southeast Asia (1975), monsieur Cœdès menyatakan bahwa keterangan para pedagang Arab-Persia yang menyebutkan perihal eksistensi kerajaan "Sribuza" yang berada di bawah kekuasaan kerajaan Zabag terus diulang-ulang – sebagaimana tertera dalam salah satu surat yang beliau tunjukkan, yang bertarikh 916 (hal. 130).
Namun berbeda dengan meester Groeneveldt dan sensei Takakusu, monsieur Cœdès tidak menghubungkan Sriwijaya dengan kerajaan San-bo-tsai atau San Fo-ch’i atau Shih-li-fo-shih, kerajaan yang dikenal dalam catatan sejarah Cina, tetapi beliau secara langsung menghubungkan antara Sribuza dengan Sriwijaya. Dalam keterangan pada catatan kakinya, monsieur Cœdès menerangkan bahwa menurut kolega beliau, monsieur Jean Sauvaget - seorang profesor bahasa Arab di Collège de France, nama “Sribuza” sebenarnya tidak pernah ada.
Nama ini didapatkan dari transkripsi (ejaan tulis) “Srbza” - sedangkan ejaan ini sendiri didapatkan berdasarkan aturan transliterasi tertua penulisan ejaan dalam bahasa Arab (oldest Arabic system of transcription), di mana huruf “v” dalam bahasa asing diganti dengan “b” dan “j” dengan “z”. Karenanya, dalam penulisan aslinya, nama “Srbza” sebetulnya didapatkan dari penulisan nama “Srvja”. Hal ini, menurut monsieur Sauvaget, membuat nama (atau penulisan asli) “Sribuza” atau “Sarbaza” cocok dengan nama “Srivija”. Adapun, masih menurut beliau, pelesapan suku kata “ya” di akhir nama ini bisa jadi merupakan sesuatu yang tidak disengaja ataupun disengaja, sebab akhiran “-ya” ini bisa mengakibatkan kerancuan dengan akhiran “-ya” dalam bahasa Arab – dan oleh karenanya, dengan sengaja dihilangkan (hal. 320).
Keterangan tentang permasalahan penulisan ejaan “Sriwijaya” dalam bahasa aslinya (source language) yang berbeda dengan ejaan nama yang sama yang ditemukan dalam bahasa asing (target language) ini bukan satu-satunya yang dibahas oleh monsieur Cœdès. Keterangan serupa lainnya dijelaskan pada halaman 54-55: di mana seorang raja dari kerajaan Ho-lo-tan yang mengirim utusan kepada kaisar Cina pada tahun 434 memiliki nama “Shih-li-p’i-ch’o-yeh” dan, menurut monsieur Cœdès, secara ejaan penulisan (transcribes) nama ini sangat sesuai dengan nama “Srivijaya” (Sriwijaya).
Monsieur Cœdès jelas bukan satu-satunya orang yang berusaha “mencocokkan” antara nama-nama ini. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, Mr. John Vivian Gottlieb (JVG) Mills melakukan hal serupa dengan mencocokkan nama Sriwijaya dan San Fo-ch’i (ejaan lain dari San-bo-tsai). Beliau menyatakan bahwa bentuk lengkap dari San Fo-ch’i, yaitu (San) Fo-ch’i-hu, merupakan transliterasi yang cukup baik dari nama “Vijayo” (bentuk lain dari Sri Vijaya: Sri Vijayo – hal. 98). Sedikit catatan, perubahan nama dari Shih-li-fo-shih menjadi San-fo-ch'i juga disinggung oleh monsieur Cœdès dalam buku beliau (hal. 131).
Metode yang digunakan baik oleh monsieur Cœdès maupun Mr. JVG Mills dalam menghubungkan nama-nama ini memperlihatkan kepada kita pentingnya memahami “nama-nama” yang digunakan. Selain itu, metode ini juga mendemontrasikan bagaimana kerajaan yang kita kenal sebagai Sriwijaya tercatat dalam dokumen sejarah dunia; yaitu dengan nama dan/atau ejaan-ejaan yang berbeda. Namun, pertanyaannya sampai di sini adalah: apakah keterangan-keterangan ini - termasuk metode yang digunakan benar adanya? Untuk menjawab pertanyaan ini, menariknya, kita akan membutuhkan satu nama lagi yang juga dihubungkan dengan nama-nama kerajaan ini, yaitu: Sribhoga.
Sribhoga/Sribhoja dan Bhoga/Bhoja
Selain Sriwijaya, satu nama lain yang dihubungkan dengan kerajaan San-bo-tsai atau San Fo-ch’i adalah Sribhoga. Dan, sebagaimana yang telah dijelaskan pada awal rangkaian tulisan ini, adalah Takakusu sensei yang menghubungkan nama ini dengan kerajaan San-bo-tsai atau San Fo-ch’i (hal. xlii). Sedikit catatan, entah apakah monsieur Cœdès menyadari terkait eksistensi nama ini atau nama ini dituliskan dalam ejaan atau dengan nama yang berbeda, yang pasti penulis belum menemukan nama ini di dalam buku beliau yang penulis dapatkan.
Namun, di dalam situs Wikipedia tentang Sriwijaya, terdapat keterangan berikut: “Coedès menyatakan bahwa referensi Tiongkok terhadap ‘San-fo-ts'i’, sebelumnya dibaca ‘Sribhoja’, dan beberapa prasasti dalam Melayu Kuno merujuk pada kerajaan yang sama (dilihat pada 10/07/24).
Pernyataan ini, dikutip dari laman tersebut, bersumber dari buku NJ Krom, Het Hindoe-tijdperk (hal. 149). Akan tetapi, keterangan ini tidak dengan jelas menyebutkan; apakah yang mengaitkan antara “Sribhoja” dengan “San-fo-ts'i” adalah monsieur Cœdès ataukah si penulis buku, alias meneer Nicolaas Johannes (NJ) Krom? Yang pasti, dalam buku monsieur Cœdès, The Indianized States of Southeast Asia, penulis tidak atau belum menemukan nama ini.