Mohon tunggu...
Ocyid
Ocyid Mohon Tunggu... Lainnya - In the Age of Information, being unknown is a privilege

Hidup seperti ngopi, ngeteh, nyoklat: manisnya sama, pahitnya beda-beda

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah Indonesia Berdasarkan Buku Klasik (Bagian 5): Palembang dalam Catatan Ma Huan (Yingyai Shenglan)

3 Juli 2024   00:54 Diperbarui: 3 Juli 2024   00:54 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto milik Collectie Wereldmuseum (v/h Tropenmuseum), part of the National Museum of World Cultures - Wikipedia : Suku Palembang

Namun, benarkah demikian? Jika kita cermati keterangan-keterangan yang diberikan, teka-tekinya sebetulnya berpusat pada penyebutan "Tan-chiang" atau "Tan-Kang" itu sendiri - apakah sebutan ini betul-betul mengarah pada sungai (di) Palembang? Ataukah, sebutan ini mengarah pada hal yang lain?

Yang harus dimengerti di sini, baik Mr. Mills dan meester Groeneveldt sama-sama menerjemahkan kata ini menjadi “air tawar”. Bedanya, meester Groeneveldt mengartikan hal ini sebagai “sungai air tawar” (fresh-water river – hal. 73), sedangkan Mr. Mills mengartikannya sebagai “muara air tawar” (Fresh Water estuary). 

Muara dan sungai, walau satu kesatuan, tetaplah merujuk pada dua hal yang berbeda. Pemahaman ini, jika kita mau melihat pada peta Sumatera Selatan, sebetulnya bukan saja menambah misteri yang ada, tetapi juga menjadi jalan bagi kesimpulan yang berbeda.

Muara sungai Musi yang berada tepat di Selat Bangka - Dokpri
Muara sungai Musi yang berada tepat di Selat Bangka - Dokpri

Jika saja kita mau melihat ke dalam peta Sumatera Selatan dan Pulau Bangka, kita akan melihat bahwa muara sungai Musi sebetulnya berada tepat di Selat Bangka. Hal ini jelas menjadikan keterangan shifu Ma Huan semakin aneh: mengapa shifu Ma Huan menjelaskan arah dari muara sungai Musi ke Selat Bangka, jika muara sungai Musi tepat berada di Selat Bangka? 

Karenanya, dari keanehan ini, kita dapat menarik suatu kesimpulan yang tidak bertentangan dari “fakta” tersebut: bahwa Tan-chiang atau Tan-kang yang beliau sebutkan, kemungkinan tidak mengarah ke sungai Musi itu sendiri.

Hal ini disebabkan: tidak mungkin rasanya menjelaskan bahwa kapal-kapal yang akan “masuk” ke Palembang akan melalui muara/sungai Musi sebelum ke Selat Bangka, sedangkan muara sungai Musi itu sendiri tepat berada di Selat Bangka. 

Dengan alasan inilah, sekali lagi, Tan-chiang atau Tan-kang kemungkinan merujuk tempat yang berada di luar Selat Bangka itu sendiri – dan bukan sesuatu yang justru berada di selat tersebut, seperti muara sungai Musi. Lalu, di mana tempat ini berada?

Jika kita menghubungkan narasi penceritaan catatan-catatan sejarah Cina yang selalu menghubungkan San-bo-tsai dengan Jambi, secara logis, arah pencariannya (seharusnya) mengikuti alur narasi yang sama. Karenanya, asumsi dasarnya adalah: Tan-chiang atau Tan-kang ini mestilah berhubungan dengan Jambi itu sendiri. 

Dan, jika kita mau melihat ke dalam peta Jambi, kita akan menemukan satu hal lain yang menarik untuk dipertimbangkan.

Pulau Paritbawoeng yang berada tepat di muara sungai Batang Hari - Dokpri
Pulau Paritbawoeng yang berada tepat di muara sungai Batang Hari - Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun