Mengingat kemiripan topografi antara Jambi dan Palembang ini, kesalahpahaman terkait identifikasi letak kerajaan San-bo-tsai sebetulnya merupakan suatu hal yang, bisa dibilang, cukup wajar. Hal ini belum ditambah rumitnya permasalahan pergantian nama dan perpindahan ibu kota yang terjadi pada kerajaan San-bo-tsai.
Pun dengan semua permasalahan ini, San-bo-tsai memiliki dua ibu kota, ibu kota lama dan ibu kota baru, sesungguhnya cukup tidak terbantahkan. Karenanya, bagaimanapun, Jambi dan Palembang tetaplah sama-sama pernah menjadi ibu kota kerajaan San-bo-tsai. Namun, pertanyaannya di sini adalah: mengapa pada akhirnya letak kerajaan ini semata terpaku pada Palembang?
Selain dua poin yang telah penulis jabarkan, terdapat satu poin lain yang kemungkinan sangat mempengaruhi kesalahpahaman sejarawan Cina dalam mengidentifikasi letak San-bo-tsai di Palembang. Kesalahpahaman ini sangat mungkin bersumber dari kesalahpahaman dalam memahami catatan shifu Ma Huan, Ying-yai Sheng-lan (1416), saat beliau berkunjung ke Palembang (P’o-lin-pang). Dan, untuk menjejaki kesalahpahaman ini hingga ke akarnya, kita akan butuh untuk melihat dan mencermati catatan yang beliau tinggalkan. Namun, sebab penjabarannya cukup panjang, pembahasan ini akan kita lanjutkan kembali pada tulisan berikutnya. Sabar, ya...
Bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H