Mohon tunggu...
Octovina Soumokil
Octovina Soumokil Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Serius tapi santai

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Gizi Seimbang bagi Anak Usia Dini

29 Mei 2024   14:10 Diperbarui: 29 Mei 2024   14:14 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.halodoc.com/artikel/pentingnya-jadwal-makan-agar-balita-makan-teratur

Indonesia mengalami dua masalah gizi yang besar. Selain masih kekurangan gizi, kita juga mulai kelebihan gizi. Anak balita, anak usia sekolah, remaja dan orang dewasa masih banyak yang kurus, tetapi sekaligus mulai banyak yang gemuk. 

Kekurangan dan kelebihan gizi sama-sama berdampak negatif. Kekurangan gizi berhubungan erat dengan lambatnya pertumbuhan tubuh (terutama pada anak), daya tahan tubuh yang rendah sehingga mudah sakit, kurangnya kecerdasan, dan produktifitas yang rendah. Kelebihan gizi ditandai dengan kelebihan BB dan gemuk, beresiko terkena berbagai penyakit kronis/degenerative, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke, penyakit asam urat (gout), dan beberapa jenis kanker. 

Kekurangan dan kelebihan gizi muncul karena pola makan bergizi tak seimbang. Kekurangan gizi terjadi akibat asupan gizi di bawah kebutuhan. Kelebihan gizi timbul karena asupan gizi melebihi kebutuhan. Untuk mencegah kekurangan dan kelebihan gizi, diperlukan pola makan berprinsip gizi seimbang. 

Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan memantau berat badan secara teratur dalam rangka mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi. 

Beberapa pedoman yang harus diperhatikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada anak, yaitu (Kodyat, 2014): 

1.Konsumsi makan dalam sehari utamakan sebanyak tiga kali sehari yaitu pagi, siang, malam. 

2.Peningkatan asupan sayur dan cukup buah. 

3.Biasakan konsumsi ikan sebagai sumber protein. 

4.Biasakan membawa bekal makanan serta air putih yang cukup. 

5.Hindari makanan cepat saji, makanan yang mengandung zat pengawet, pemanis, serta pewarna. 

6.Sikat gigi dilakukan minimal dua kali dalam sehari. 

Anak usia dini didefinisikan sebagai fase usia 0-8 tahun yang sedang berada pada proses pertumbuhan dan perkembangan. Anak usia dini sering disebut sebagai fase golden age. Hal ini dikarenakan pada fase ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Pemberian makanan yang mengandung gizi seimbang sangat dibutuhkan pada anak usia dini. 

Prinsip pemenuhan gizi seimbang pada anak usia dini : 

1. Makanan yang beraneka ragam 

Makanan yang beraneka ragam sangat diperlukan karena tidak semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Prinsipnya setiap makanan yang dihidangkan dari makanan pagi, siang dan malam serta makan selingan harus terdiri atas makanan pokok, lauk-pauk, sayur dan buah. Jumlah makanan yang dibutuhkan oleh tubuh berbeda-beda tergantung pada umur, jenis kelamin dan banyaknya aktivitas fisik yang dilakukan. 

2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 

Perilaku hidup bersih perlu diterapkan agar individu dapat terhindar dari penyakit. Penyakit maupun infeksi dapat mengganggu kondisi gizi seorang individu. Pola makan yang tidak benar, seperti diet yang tidak sesuai ketentuan, tidak mencuci tangan sebelum makan, membiarkan makanan dihinggapi hewan juga dapat memengaruhi keoptimalan asupan gizi seseorang . 

3. Aktifitas Fisik 

Aktivitas fisik yang dapat seperti bermain ataupun olahraga secara teratur dapat meningkatkan kebugaran tubuh seseorang. Ketiga seseorang dalam kondisi sehat maka metabolisme akan bekerja dengan baik sehingga penyerapan nutrisi dapat optimal. 

4. Memantau Berat Badan 

Pemantauan berat badan, khususnya pada anak harus dilakukan dengan rutin. Berat badan yang ideal merupakan kondisi yang harus dicapai oleh setiap individu. Berat badan kurang dapat diakibatkan karena pola makan yang kurang tepat, begitu juga dengan kegemukan. Kedua kondisi tersebut berisiko meningkatkan penyakit seperti mudah terserang flu, pertumbuhan terganggu, perkembangan otak kurang optimal, mengantuk, konsentrasi terganggu, mudah lelah, dan lain sebagainya. Dalam jangka waktu lama, kondisi ini dapat menyebabkan penyakit kronis seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung, ataupun penyakit tidak menular lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun