Mohon tunggu...
Dewieq OKtalupik
Dewieq OKtalupik Mohon Tunggu... karyawan swasta -

penyuka kopi yang kerap menyembunyikan rasa lewat tulisan ga jelas di blog|Ga bawel bawel amat cuma rame doang :-D

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Secangkir Kopi Buatan Ayahku^^

17 Agustus 2010   14:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:57 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sudah hampir jam 2 pagi, ketika aku menikmati secangkir kopi hitam buatan ayahku.

sedikit encer dan terlalu manis untuk lidahku

yang terbiasa meneguk kopi hitam yang kental dan sedikit getir....

tapi aku diam.
aku mengerti bahwa memang nalurinya sebagai seorang ayah

selalu ingin memberiku banyak hal manis
sepahit apapun atau sekeras apapun alur hidup yang aku jalani

ayahku......
malaikat pelindung yang tak pernah lelah menjagaku
bahkan ketika ku pikir aku bisa berdiri sempurna tanpa nya

tak sedetikpun ia melepaskan genggaman

meski kadang langkah kakiku menjauh darinya

satu-satunya laki2 yang mampu menangis untukku
ketika pilihan hidupku bertubi2 mengeratkan luka di hatinya

tapi dia tidak jua melepaskan ku..
pelukan nya masih terhidang mendekapku kembali pulang

ayahku....
aku mewarisi sifatnya yang keras kepala
tapi lebih daripada itu, aku ingin menjadi seperti ayah

yang tak pernah lupa menebar senyum dan sapa hangat kepada siapa saja...

mungkin aku mewarisi sifatnya yang meledak-ledak

ketika amarah membuncah di dada...

tapi lebih daripada itu, aku ingin menjadi seperti ayahku

yang memiliki dada yang lapang untuk memaafkan.....

barangkali, aku mewarisi sifatnya yang diam

ketika gemuruh kekecewaan dan puncak amarahnya meluap

namun lebih dari pada itu, aku ingin menjadi seperti ayahku

yang penyayang dan memiliki kesetiaan hanya pada satu orang; ibuku!

ayahku.......
dia memang tidak sempurna,
dia bukan seseorang yang tanpa cela....

namun begitu, dia adalah ayahku.....

yang tak pernah ragu memeluk kekosonganku

karena dia adalah ayahku....
yang tak pernah lelah menuntun aku dalam setiap kejatuhan

dan mengobati tiap inci rasa sakitku

~yang terpenting bukan seberapa sering kau merasa gagal.

tapi pakailah air mata dan lukamu sbg peta, dimana kau akan menemukan lentera~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun