Mohon tunggu...
Ocit Abdurrosyid Siddiq
Ocit Abdurrosyid Siddiq Mohon Tunggu... Guru - Warga Biasa

Penikmat kopi, penyuka film.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Habis Debat Terbitlah Kusir

24 Desember 2023   21:40 Diperbarui: 24 Desember 2023   21:47 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), debat adalah pertukaran dan pembahasan pendapat terkait suatu hal dengan saling menyampaikan argumentasi atau alasan dengan tujuan mempertahankan pendapat bahkan memenangkan pendapat.

Debat calon Presiden dan Wakil Presiden merupakan cara mereka untuk menyampaikan visi, misi, dan program kerjanya, sehingga masyarakat tahu dan paham, disertai harapan mereka -para pemilik suara- memberikan dukungan dan menjatuhkan pilihan.

Debat tidak sekedar menyampaikan ide dan gagasan atas satu tema yang sama. Ide dan gagasan itu mesti memiliki ciri khas atau perbedaan dengan ide dan gagasan calon lain. Karena ketika seseorang memiliki ide dan gagasan yang tidak memiliki ciri khas sebagai pembeda, maka tidak memenuhi kriteria sebagai debat.

Sebaliknya, tidak bisa disebut sebagai debat, bila masing-masing membincang atas sebuah tema yang berbeda. Jadi, bisa disebut sebagai debat bila tema yang dibahas itu sama, dan pendapat masing-masing atas tema yang sama itu berbeda-beda cara pandangnya.

Kalau masing-masing memiliki pendapat yang tidak berbeda atas satu tema, namanya bukan debat. Itu mah ngobrol namanya. Atau sebaliknya, kalau masing-masing memiliki cara pandang yang berbeda atas tema yang berbeda, juga bukan debat namanya. Tapi ngacapruk.
 
Debat bisa menjadi media untuk meraih simpati dan dukungan. Karenanya, ia bisa menjadi strategi. Walaupun sejatinya setelah pelaksanaan debat, tidak banyak berpengaruh terhadap dukungan dan pilihan para pemilik suara. Padahal, maksud debat antara lain adalah untuk itu.

Seperti halnya debat calon Presiden Amerika Serikat, Hillary Clinton dan Donald Trump beberapa waktu lalu. Kepiawaian mereka dalam menyampaikan ide dan gagasan masing-masing sangat berpengaruh terhadap dukungan rakyat. Debat bisa meggeser, mengubah, dan mengalihkan dukungan.

Bila ide dan gagasan Trump ternyata dianggap lebih realistis dan berkaitan langsung dengan hajat hidup para pemilih, maka sekalipun semula seseorang adalah pendukung Demokrat yang mengusung Hillary, bisa berubah dan mengalihkan dukungannya pada Trump yang adalah calon Presiden dari Republik.

Namun fenomena itu belum terbiasa dan belum terbangun pada pemilik suara di negara-negara berkembang yang masih mencari-cari format model demokrasi yang baik. Termasuk di Indonesia. Cara berdemokrasi kita belum sebaik negara-negara demokrasi maju lainnya.

Itulah mengapa, kampanye calon Presiden dalam bentuk debat tidak banyak berpengaruh terhadap perubahan pilihan rakyat. Debat calon Preisden dan Wakil Presiden baru sebatas seremoni yang mesti dilaksanakan sebagai bentuk ritual tahapan Pemilu yang telah diamanatkan oleh undang-undang.

Bahkan sebelum debat digelar, masing-masing pemilik suara terutama para pendukung dan tim relawan sudah memastikan diri untuk mendukung dan menjatuhkan pilihan pada siapa. Sehebat apapun penampilan para calon lain dalam berdebat, mereka tetap bergeming pada pilihannya.

Sangat sedikit sekali orang yang mau menerima secara jantan dan objektif atas penampilan para calon dalam acara debat. Mereka bahkan melakukan hal sebaliknya, walau sang calon tampil kurang maksimal bahkan jelek, tetap saja melakukan pembelaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun