Pesarean Gunung Kawi merupakan salah satu destinasi wisata religi yang terkenal di Jawa Timur, tepatnya di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang. Lokasi ini menjadi pusat ziarah bagi masyarakat yang mempercayai keberkahan serta nilai mistis yang terkandung di dalamnya. Selain sebagai tempat wisata religi, Gunung Kawi juga dikenal dengan daya tarik budaya dan tradisinya yang unik, serta mitos-mitos yang mengelilinginya.
Sejarah dan Asal-Usul Pesarean Gunung Kawi
Pesarean ini dikenal sebagai makam atau pesarean dari dua tokoh penting dalam sejarah masyarakat Jawa, yakni Eyang Jugo (Raden Mas Imam Soedjono) dan Eyang Sujo (Ki Ageng Mangir Wonoboyo). Kedua tokoh ini adalah pengikut Pangeran Diponegoro yang dipercaya memiliki kemampuan spiritual tinggi. Setelah mereka wafat, masyarakat setempat mulai menghormati keduanya sebagai leluhur yang dihormati dan dianggap memberikan keberkahan.
Konon, sejak didirikan pada akhir abad ke-19, Pesarean Gunung Kawi menjadi tempat berkumpulnya peziarah yang mencari ketenangan, kesejahteraan, hingga kemakmuran. Banyak yang datang dengan harapan agar doanya terkabul, terutama dalam hal usaha dan rezeki.
Mitos dan Kepercayaan
Pesarean Gunung Kawi tidak lepas dari berbagai mitos yang dipercaya oleh masyarakat setempat. Salah satu yang paling terkenal adalah kisah mengenai "pohon Dewandaru," sebuah pohon keramat yang dipercaya membawa keberuntungan. Menurut mitos yang beredar, apabila ada seseorang yang secara kebetulan mendapat daun, buah, atau ranting yang jatuh dari pohon tersebut, maka rezekinya akan bertambah.
Selain pohon Dewandaru, terdapat juga kisah mengenai air suci yang dapat membawa keberkahan. Air tersebut biasanya diambil oleh peziarah sebagai tanda keberkahan yang dapat dibawa pulang.
Rangkaian Ritual dan Tradisi
Banyak ritual yang dilakukan oleh para peziarah saat berada di Gunung Kawi. Salah satu ritual yang dilakukan adalah nyekar, yaitu menabur bunga di atas makam Eyang Jugo dan Eyang Sujo sebagai tanda penghormatan. Biasanya, kegiatan ini dilakukan dengan penuh kesakralan dan diiringi dengan doa-doa khusus.
Selain itu, terdapat juga tradisi "sesajen", yaitu memberikan sesaji berupa makanan, kembang, dan kemenyan sebagai tanda persembahan kepada arwah leluhur. Sesajen ini dipersembahkan dengan harapan agar segala doa dan keinginan dari peziarah dapat terkabul.