Mohon tunggu...
Wati
Wati Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ucapan Terakhir untuk Adikku

7 Mei 2019   10:43 Diperbarui: 7 Mei 2019   10:49 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Isi:

Aku sendiri tak pernah peduli akan kapan hari jadiku, bukan hal aneh bagiku mendengar kata ulang tahun, dari perkata saja sudah jelas ulang berarti mengulang dan tahun sama artinya tahun. Jadi intinya hanya mengulang tahun yang sama.

Aku, dibesarkan bukan dari kalangan yang suka merayakan sesuatu termasuk hari jadi atau hari kelahiran, semua sama saja tak ada yang terkesan istimewa. Aku dan kakakku juga hampir seluruh dari keluarga ibu, sangat-sangat jarang merayakan perayaan yang satu ini.

Kata ulang tahun memang sudah sangat familiar di kalangan masyarakat. Baik, orang kaya, sederhana bahkan orang-orang tak punya sudah tak asing lagi mendengar sebutan itu. Namun, tidak semua insan mau dan mampu merayakannya. 

Teringat, sekitar 20 tahun yang lalu, saat usiaku masih 6 tahun. Teman sepermainanku terlahir dari keluarga orang kaya. jadi, sudah sewajarnya bagi mereka merayakan itu. Saat itulah aku baru  mengenal apa itu ulang tahun. Aku yang tak mampu memberikan kado mahal, tapi menerima kartu undangan tetap ku beranikan diri menghadiri acara ulang tahunnya.

Di usiaku yang masih sangat kecil, yang kutahu hanya bergembira, bersorak, bernyanyi bersama. Lalu, diikuti peniupan lilin dan potong kue. Semua yang hadir di sana terlihat sangat riang juga gembira. Belum lagi, saat bersalaman penyerahan kado dari setiap yang hadir di acara tersebut, banyak hadiah berupa kado memenuhi tempat yang memang sudah disediakan.

Suasana Berlanjut saat aku mulai beranjak menjadi gadis remaja aku di pertemukan lagi dengan sebuah perayaan ulang tahun. Kali ini, adik kandungku sendiri yang merayakan hari jadinya. 

"Dik, kamu mau aku kasih kado apa di hari ulang tahunmu?" aku mendekati Rini yang sebentar lagi akan merayakan hari ulang tahun.

"Aku, tidak ingin apa-apa Teh. Teteh ada di sini saja, aku sudah sangat bahagia," Rini tersenyum dan memelukku.

Tepat di bulan ini, ya bulan april adalah hari kelahiran Rini. Rini adalah adikku yang kedua. Ia juga satu-satunya seorang adik yang sangat-sangat aku sayang, sangat aku banggakan. Sejak ia memasuki sekolah TK. Aku pernah tulus menyayanginya, membantu mempersiapkan segala keperluannya, menemani masa kecilnya dalam keadaan apa pun. Menyuapi, memandikan juga antar jemput ke sekolah. Semua tentang Rini, apa yang ia suka atau tidak, aku tahu betul semua tentangnya. Setiap tahun aku selalu mengucapkan sebuah doa dan harapan tepat di hari jadinya itu. Meski tidak berupa  kue tart dengan banyak lilin di atasnya ataupun berupa barang.

Doaku di setiap tahun hanya lah sebuah rangkaian kata yang tidak begitu indah, namun semuanya itu tertulis doa dan harapan yang benar tulus dan jujur dari hati.

Sayang, untuk tahun ini tepatnya bulan april tanggal 12 mendatang. Aku tak lagi mampu mengucapkan seperti biasanya. Aku sudah mengakhiri komunikasi dengannya, semua kulakukan bukan tanpa sebab. Aku mengambil keputusan ini, karena aku tak ingin lagi selalu mendapat cercaan bahwa aku adalah sumber masalah untuknya. Tidak ingin membuat masa mudanya berantakan karena kedekatanku dengannya. Dan memang ada beberapa masalah pribadi yang tak mungkin aku jelaskan pada setiap orang.

"Rini, minta maaf ya teh, kalo ada salah, Rini, mau kaya dulu teh, maafin Rini, kalau ada perkataan Rini yang gak sopan," pesan masuk dari Rini, yang sebenarnya dia memang anak baik.

"Teteh gak marah, mana bisa teteh marah sama Rini, Apa kurang cukup teteh sering bilang teteh sayang Rini," balasku, dalam hati aku menangis mendengar permintaan maafnya, sejujurnya aku sangat-sangat merindukannya.

"Ahhhh ..., Teteh. Rini ngerasa bersalah banget,"  

"Udah, gak usah di bahas yang harus Rini tahu, Teteh kangen banget,"

Kedekatan kita berdua sebenarnya sudah mendarah daging, ia adalah sosok adik yang selalu aku banggakan kemanapun kaki melangkah, ia juga salah satu bagian dari doa-doa di setiap sujudku.

Baru juga hubungan kita sudah agak membaik, ternyata benar kedekatanku membuat orang lain tidak senang. Ada sosok yang senang melihat kita berdua berjauhan, ada seseorang yang hanya ingin melihatku bersedih. 

Hingga akhirnya aku sendiri yang memutuskan sepihak tali persaudaraan ini, hanya 1 yang kuinginkan, yaitu melihatnya bahagia.

Kutuliskan pesan terakhir untuknya.

Teruntuk: Rini

"Teteh sayang Rini, tapi rasanya kita sudah tidak  bisa seperti dulu lagi, karena setiap apa yang bisa bikin teteh sedikit tersenyum. Banyak pihak yang tidak suka. Mungkin teteh terlalu egois. Tidak apa, itu urusan Teteh, hak mereka membenci, Teteh juga gak bisa mencegah. Neng, maafin Teteh udah bikin hidup Rini sedikit berubah. Cuma yang pengen Teteh sampein. Teteh sayang Rini.
Sekarang Teteh mau batasi semua pertemanan sama Rini di dunia maya. Bukan karena benci. Tapi  Teteh  tidak ingin kedekatan kita nimbulin masalah baru.
Maaf ya neng, Teteh gak bisa kaya dulu lagi. Belajar yang rajin. Sekolah baik-baik, Kalo nanti lulus sekolah, mau kerja/kuliah semoga dapat yang terbaik. Udah itu aja yang Teteh sampein. Teteh sayang Rini,"

"Teteh hapus pertemanan semoga Rini, bahagia selalu juga sehat selalu untuk semuanya," pesan terakhir yang kuanggap sebagai penutupan. 

Semenjak itu pula aku memblokir akun Rini. Bukan karena tak sayang, hanya saja aku tak ingin membuatnya menjadi bulan-bulanan oleh orang-orang terdekatnya hanya karena ada kedekatan denganku.

Ulang tahunnya di tahun ini pasti akan sama menyenangkan baginya seperti tahun-tahun kemarin. Meski aku tak lagi bersamanya.

Ia selalu mengatakan, "Teh, Rini terharu. Ternyata banyak yang sayang sama Rini. Mulai dari keluarga, teman ngaji, teman sekolah dan masih banyak lagi, Rini terharu, Rini selalu mendapat kejutan dan banyak doa dari mereka," 

"Karena Rini orang baik. Jadi sudah sepantasnya kamu dapatkan itu semua, jangan lelah jadi orang baik ya neng, walaupun prestasimu bersinar tetaplah jadi pribadi yang rendah hati," salah satu nasehatku saat Rini berkenan cerita padaku.

Tapi, tidak untuk sekarang. Semua sudah berubah. Keadaan tak lagi seperti dulu. Meski begitu doaku tetap yang terbaik untuknya. 

"Aku, sayang kamu Dik," gumamku dalam hati, tak terasa air mataku jatuh setiap kali aku mengingatnya. Aku rindu kamu, Dik.

Biodata 

Nama: Wati

Tempat, tanggal dan lahir: Cirebon 12 Desember 1992

Agama: Islam

No Hp: 0917936835

Email: mwati9508@gmail.com

FB: https://www.facebook.com/Waty.lovemom

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun