"Nanti kamu tidak ada tenaga, bagaimana kamu menjaga nenek?" majikanku ragu jika puasa dapat menghalangi  aktivitas dan pekerjaanku.
"Jangan khawatir, aku pastikan tetap bisa bekerja," aku berusaha meyakinkan mereka puasa tidak mempengaruhi pekerjaan.
Alhamdulilah puasa pertamaku hari ini berjalan dengan baik.
Meski menyimpan banyak kesedihan yang hampir merenggut seluruh kebahagiaanku. Aku hanya mampu percayakan dan pasrahkan pada Sang yang mempunyai kehidupan bahwa semua akan baik-baik saja.
Ayah, ibu, suami dan seluruh teman aku tidak sedang marah hanya saja saat ini aku sedang belajar memaafkan dan tidak membenci, terutama memaafkan diri sendiri.
Memang terlihat konyol bagi mereka yang mengenalku, mereka selalu beranggapan.
"Wat, hidupmu terlalu dibuat serius jadi seakan diri sendiri paling menderita, galau mulu bisanya." Salah satu kalimat yang sering kudengar dan itu tertuju padaku.
Aku, tidak menyalahkan tanggapan mereka tentang  bagaimana menilaiku. Semua orang bebas berkomentar. Namun, ketahuilah setiap manusia miliki posisi tersulit yang membuatnya lemah.
Aku terjebak dalam kesedihan, itulah masa-masa sulitku, meski sering mengeluh tidak akan kulakukan berteriak pada siapapun agar bisa menolongku. Biarkan aku berusaha menyelamatkan diri sendiri, aku sadar sudah tenggelam begitu dalam karena terlalu larut dalam kesedihan.
Jadi, biarkan aku dengan caraku, diamku tidak berarti marah tidak juga membenci.
Maaf.
Taiwan, 06 Mei 2019