Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bahaya Kesombongan Rohani

23 Januari 2025   23:51 Diperbarui: 23 Januari 2025   23:58 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustarasi: Doa dengan kerendahan hati (PIXABAY.com/Car3nt)

Kesombongan adalah salah satu dosa yang paling halus tetapi paling merusak dalam kehidupan rohani. Kesombongan rohani, khususnya, adalah sikap di mana seseorang merasa lebih saleh, lebih benar, atau lebih dekat dengan Allah dibandingkan dengan orang lain. 

Dalam Alkitab, Yesus sering menegur sikap seperti ini, terutama di kalangan orang Farisi, yang meskipun tampak saleh di luar, menyimpan kebanggaan yang menghalangi hubungan sejati dengan Allah.

Kesombongan rohani dapat muncul dalam berbagai bentuk. Salah satunya adalah merasa diri lebih baik karena menjalankan ritual agama secara konsisten. 

Kesombongan Orang Farisi

Orang Farisi dalam Lukas 18:9-14 menjadi contoh klasik. Ia membanggakan puasa dan perpuluhannya, tetapi hatinya jauh dari kerendahan hati yang Allah cari. Ia berdoa, tetapi bukan untuk memuliakan Allah, melainkan untuk meninggikan dirinya sendiri dan merendahkan orang lain, seperti pemungut cukai.

Dosa ini juga terlihat ketika seseorang mulai membandingkan diri dengan orang lain dalam hal ketaatan atau pelayanan. Kesombongan rohani membuat kita lupa bahwa semua kebaikan yang kita miliki berasal dari anugerah Allah. 

Ketika fokus kita bergeser dari kasih karunia Allah ke pencapaian kita sendiri, kita membuka pintu bagi dosa ini untuk merasuki hati kita. Rasul Paulus dengan tegas mengingatkan dalam Efesus 2:8-9 bahwa keselamatan adalah anugerah, bukan hasil usaha, agar tidak seorang pun memegahkan diri.

Kesombongan rohani tidak hanya merusak hubungan dengan Allah, tetapi juga dengan sesama. Orang yang sombong rohani cenderung memandang rendah orang lain, melupakan bahwa semua manusia berdosa dan memerlukan belas kasihan Allah. 

Sikap ini menciptakan jarak dan melahirkan ketidakpedulian terhadap kebutuhan spiritual orang lain. Bukannya membawa orang kepada Kristus, kesombongan rohani sering kali menjadi batu sandungan.

Namun, kesombongan rohani dapat sulit dikenali karena sering disamarkan oleh tindakan keagamaan yang tampak benar. Kita mungkin merasa aman karena kita aktif dalam pelayanan, memberi persembahan, atau menghadiri ibadah secara teratur. 

Tetapi jika semua itu dilakukan untuk mendapatkan pengakuan atau rasa superioritas, kita telah jatuh ke dalam perangkap kesombongan rohani.

Pemungut Cukai yang Merendahkan Diri

Solusi untuk kesombongan rohani adalah kerendahan hati yang sejati. Pemungut cukai dalam perumpamaan Yesus adalah teladan luar biasa. 

Ia tidak membanggakan dirinya sendiri, melainkan mengakui dosa-dosanya dan memohon belas kasihan Allah. Kerendahan hati dimulai dengan kesadaran bahwa tanpa Allah, kita tidak mampu berbuat apa-apa. Doa yang tulus dan pengakuan dosa adalah langkah awal untuk melawan kesombongan.

Selain itu, memahami sifat Allah yang kudus dan kasih karunia-Nya membantu kita melihat diri dengan benar. Ketika kita menyadari bahwa Allah mengasihi kita bukan karena kebaikan kita, melainkan karena anugerah-Nya, kita akan belajar bersikap rendah hati. 

Keselamatan bukanlah hadiah untuk orang yang layak, tetapi untuk orang yang mengakui ketidaklayakannya dan bergantung pada kasih karunia Allah.

Pentingnya Ketulusan

Kesombongan rohani juga dapat dilawan dengan membangun hubungan yang mendalam dengan Allah dan sesama. Melayani orang lain dengan kasih yang tulus mengingatkan kita akan panggilan untuk meneladani Kristus, yang rendah hati dan penuh kasih.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus terus menguji hati kita. Apakah kita melayani untuk memuliakan Allah atau untuk mengangkat nama kita sendiri? 

Apakah kita berdoa dengan rasa syukur atau dengan sikap membanggakan diri? Pertanyaan-pertanyaan ini membantu kita tetap rendah hati dan setia pada panggilan Allah untuk hidup dalam kasih dan kerendahan hati.

Mari kita ingat bahwa Allah meninggikan mereka yang merendahkan diri dan merendahkan mereka yang meninggikan diri (Lukas 18:14). Kesombongan rohani adalah penghalang besar untuk mengalami kasih karunia Allah, tetapi dengan kerendahan hati, kita dapat membuka hati untuk menerima anugerah-Nya yang melimpah. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun