Kesombongan adalah salah satu dosa yang paling halus tetapi paling merusak dalam kehidupan rohani. Kesombongan rohani, khususnya, adalah sikap di mana seseorang merasa lebih saleh, lebih benar, atau lebih dekat dengan Allah dibandingkan dengan orang lain.Â
Dalam Alkitab, Yesus sering menegur sikap seperti ini, terutama di kalangan orang Farisi, yang meskipun tampak saleh di luar, menyimpan kebanggaan yang menghalangi hubungan sejati dengan Allah.
Kesombongan rohani dapat muncul dalam berbagai bentuk. Salah satunya adalah merasa diri lebih baik karena menjalankan ritual agama secara konsisten.Â
Kesombongan Orang Farisi
Orang Farisi dalam Lukas 18:9-14 menjadi contoh klasik. Ia membanggakan puasa dan perpuluhannya, tetapi hatinya jauh dari kerendahan hati yang Allah cari. Ia berdoa, tetapi bukan untuk memuliakan Allah, melainkan untuk meninggikan dirinya sendiri dan merendahkan orang lain, seperti pemungut cukai.
Dosa ini juga terlihat ketika seseorang mulai membandingkan diri dengan orang lain dalam hal ketaatan atau pelayanan. Kesombongan rohani membuat kita lupa bahwa semua kebaikan yang kita miliki berasal dari anugerah Allah.Â
Ketika fokus kita bergeser dari kasih karunia Allah ke pencapaian kita sendiri, kita membuka pintu bagi dosa ini untuk merasuki hati kita. Rasul Paulus dengan tegas mengingatkan dalam Efesus 2:8-9 bahwa keselamatan adalah anugerah, bukan hasil usaha, agar tidak seorang pun memegahkan diri.
Kesombongan rohani tidak hanya merusak hubungan dengan Allah, tetapi juga dengan sesama. Orang yang sombong rohani cenderung memandang rendah orang lain, melupakan bahwa semua manusia berdosa dan memerlukan belas kasihan Allah.Â
Sikap ini menciptakan jarak dan melahirkan ketidakpedulian terhadap kebutuhan spiritual orang lain. Bukannya membawa orang kepada Kristus, kesombongan rohani sering kali menjadi batu sandungan.
Namun, kesombongan rohani dapat sulit dikenali karena sering disamarkan oleh tindakan keagamaan yang tampak benar. Kita mungkin merasa aman karena kita aktif dalam pelayanan, memberi persembahan, atau menghadiri ibadah secara teratur.Â
Tetapi jika semua itu dilakukan untuk mendapatkan pengakuan atau rasa superioritas, kita telah jatuh ke dalam perangkap kesombongan rohani.