Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Jawa masih percaya pada keampuhan ramuan alami yang telah teruji waktu. Jamu tidak hanya berfungsi sebagai minuman kesehatan, tetapi juga simbol tradisi yang kaya akan nilai budaya.
Namun, eksistensi jamu gendong seperti yang dijalankan Mbah Lutiyem menghadapi tantangan besar.Â
Persaingan dengan minuman modern yang praktis dan pemasaran produk herbal dalam kemasan modern menjadi kendala yang tak bisa diabaikan.Â
Di sisi lain, minimnya regenerasi penjual jamu tradisional mengancam kelangsungan tradisi ini.
Masyarakat juga perlu lebih sadar akan pentingnya menjaga tradisi. Membeli dan mengonsumsi jamu gendong tidak hanya membantu kesehatan, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian warisan budaya.Â
Dengan begitu, nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi jamu dapat terus diwariskan kepada generasi mendatang.
Jamu gendong juga memiliki potensi besar untuk berkembang sebagai ikon pariwisata budaya. Bayangkan jika pengalaman membeli dan menikmati jamu gendong dipadukan dengan wisata tradisional di Salatiga.Â
Hal ini tidak hanya memperkenalkan kekayaan budaya Jawa kepada wisatawan, tetapi juga memberikan peluang ekonomi tambahan bagi penjual seperti Mbah Lutiyem.
Semangat Mbah Lutiyem dalam menjajakan jamu gendong adalah cermin dari keteguhan hati dan kecintaan pada tradisi.Â
Di tengah segala tantangan yang dihadapinya, ia tetap setia menggendong tenggoknya dan berjalan kaki berkeliling.Â
Usaha kecilnya adalah bukti nyata bahwa tradisi dapat bertahan jika didukung dengan dedikasi dan cinta terhadap budaya.