Kesalahpahaman terhadap doktrin iman sering kali muncul karena penekanan yang berlebihan pada satu aspek doktrin tanpa memperhatikan keseimbangan teologis.Â
Hal ini juga dapat diperburuk oleh pengajaran yang tidak kontekstual atau pengaruh budaya populer.
Iman dan Tujuan Hidup
Martin Luther, seorang tokoh Reformasi, menekankan bahwa iman menyelamatkan seseorang, tetapi ia juga mengingatkan bahwa iman yang sejati akan menghasilkan perubahan hidup.Â
Ia menentang keras pandangan bahwa iman hanya berupa pengakuan lisan tanpa dampak nyata.
John Wesley memberikan penekanan pada pengudusan, menegaskan bahwa iman yang menyelamatkan adalah iman yang menghasilkan ketaatan kepada Allah.Â
Ia mengkritik pandangan bahwa iman dapat dipisahkan dari moralitas.
Dietrich Bonhoeffer juga memperingatkan bahaya "kasih karunia murah," yang meremehkan harga yang harus dibayar untuk mengikut Kristus.Â
Menurutnya, iman tanpa komitmen adalah iman yang kosong.
C.S. Lewis menyoroti bahwa iman bukan hanya masalah perasaan atau keputusan sekejap, tetapi melibatkan akal budi dan kehendak yang terus diperbarui oleh kebenaran Allah.Â
Pandangan ini membantu menegaskan iman sebagai keputusan yang berakar pada fakta dan kebenaran.