Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dampak Program Makan Bergizi Gratis bagi Pedagang Asongan dan Kantin Sekolah

14 Januari 2025   00:05 Diperbarui: 14 Januari 2025   21:58 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilsutrasi: Kantin Sekolah (tribunkaltimwiki.tribunnews.com)

Program makan bergizi gratis di sekolah membawa dampak besar tidak hanya bagi siswa, tetapi juga bagi para pelaku usaha di sekitar sekolah, seperti kantin dan pedagang asongan. 

Dengan makanan bergizi disediakan secara gratis, banyak siswa yang lebih memilih untuk memanfaatkan program tersebut daripada membeli makanan di kantin atau pedagang asongan. 

Bagi kantin sekolah, program ini menjadi dilema. Sebelumnya, kantin menjadi tempat utama bagi siswa untuk membeli makanan selama istirahat. 

Namun, dengan adanya program makan gratis, sebagian besar siswa lebih memilih makanan yang tidak perlu mereka bayar. 

Penurunan jumlah pelanggan ini berdampak langsung pada pendapatan kantin, terutama jika kantin tersebut dikelola secara mandiri oleh pihak swasta atau koperasi sekolah.

Hal serupa dirasakan oleh pedagang asongan yang biasanya mengandalkan siswa sebagai pelanggan utama. 

Sebelum program makan gratis diterapkan, pedagang asongan kerap menjual jajanan yang menarik perhatian anak-anak, seperti permen, gorengan, dan minuman manis. 

Setelah siswa mendapatkan makanan gratis di sekolah, daya beli terhadap jajanan tersebut menurun, sehingga omzet pedagang asongan ikut terdampak.

Penurunan omzet ini menjadi tantangan serius, terutama bagi pedagang yang bergantung sepenuhnya pada pendapatan harian untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka. 

Beberapa pedagang bahkan terpaksa mencari lokasi baru yang lebih ramai untuk berjualan, sementara yang lain mulai mengurangi jumlah dagangan mereka karena permintaan yang terus menurun.

Dilema ini memunculkan pertanyaan tentang bagaimana menyeimbangkan antara tujuan mulia program makan bergizi gratis dan keberlangsungan ekonomi para pelaku usaha di sekitar sekolah. 

Jika tidak ada solusi, kantin sekolah mungkin tidak lagi beroperasi, dan pedagang asongan akan kehilangan mata pencaharian mereka. Hal ini dapat menciptakan ketimpangan sosial di lingkungan sekolah dan sekitarnya.

Sekolah mungkin dapat memberikan kebijakan fleksibel yang memungkinkan kantin menjual makanan tambahan yang tidak disediakan dalam program makan gratis, seperti camilan sehat atau minuman bergizi. 

Dengan strategi ini, kantin tetap dapat menarik pelanggan, terutama siswa yang ingin variasi makanan. 

Pemerintah atau sekolah dapat menyediakan panduan dan subsidi agar pedagang dapat mengubah dagangan mereka menjadi lebih sesuai dengan kebutuhan gizi anak-anak. 

Dengan demikian, mereka tetap memiliki pelanggan, sekaligus mendukung kesehatan siswa.

Meskipun program makan bergizi gratis memiliki tujuan yang baik, dampaknya terhadap kantin sekolah dan pedagang asongan tidak boleh diabaikan. 

Dengan pendekatan yang inklusif dan kolaboratif, dilema ini dapat diatasi sehingga semua pihak dapat merasakan manfaatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun