Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tuhan Mencari yang Terhilang dan Berdosa

9 Januari 2025   00:42 Diperbarui: 9 Januari 2025   04:46 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mata uang zaman Yesus (http://www.rudyfanggidae.com)

Lantainya sering kali berupa tanah yang kasar atau batu-batu yang tidak rata, membuat benda kecil seperti koin mudah hilang atau tersembunyi di celah-celah. 

Gambar perempuan yang menyalakan pelita dan menyapu rumah menjadi sangat relevan karena pencarian dalam kondisi seperti itu membutuhkan ketelitian dan ketekunan.  

Perempuan yang Gigih Mencari Dirham

Penggunaan figur perempuan dalam perumpamaan ini sangat penting. Dalam masyarakat Yahudi saat itu, perempuan seringkali dianggap kurang signifikan dibandingkan laki-laki. 

Yesus dengan sengaja mengangkat figur perempuan untuk menggambarkan sifat Allah. Perempuan itu bertindak penuh perhatian, gigih, dan penuh kasih, mencerminkan karakter Allah yang tidak menyerah dalam mencari mereka yang terhilang.  

Tindakan perempuan ini penuh inisiatif. Ia menyalakan pelita, menyapu rumah, dan mencari dengan cermat hingga dirham itu ditemukan. 

Gambaran ini mencerminkan bagaimana Allah tidak pasif dalam menghadapi kehilangan. Ia aktif mencari mereka yang terhilang, tidak berhenti hingga mereka ditemukan. 

Tindakan Ini juga menjadi teladan bagi gereja dan umat percaya untuk mengambil peran aktif dalam menyelamatkan jiwa-jiwa, bukan hanya menunggu mereka datang dengan sendirinya.  

Sukacita atas Kembalinya Pendosa

Ketika perempuan itu menemukan dirhamnya, ia memanggil sahabat dan tetangga untuk bersukacita bersama. 

Tindakan ini menunjukkan betapa besar kebahagiaan yang muncul ketika sesuatu yang berharga ditemukan kembali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun