Hingga beberapa tahun lalu, terompet tahun baru menjadi simbol perayaan yang meriah di Salatiga.Â
Masyarakat dari berbagai kalangan turut membeli terompet untuk menyambut pergantian tahun.Â
Penjual terompet biasanya terlihat di sudut-sudut jalan, memajang berbagai model yang menarik perhatian, mulai dari yang sederhana hingga yang dihiasi dengan glitter dan lampu.
Kemeriahan Pergantian Tahun
Meniup terompet telah menjadi tradisi yang tidak terpisahkan dalam perayaan tahun baru. Suara terompet yang nyaring dianggap sebagai bentuk ekspresi kebahagiaan, mengiringi kembang api yang menghiasi langit malam.Â
Kegiatan ini menciptakan suasana penuh kegembiraan di jalan-jalan utama kota.
Dampak Pandemi terhadap Tradisi Â
Namun, tradisi ini mulai memudar sejak pandemi COVID-19 melanda.Â
Pembatasan aktivitas sosial yang diberlakukan selama beberapa tahun terakhir membuat masyarakat enggan merayakan tahun baru di luar rumah. Terompet, yang dulunya populer, kini jarang terlihat bahkan di jalan-jalan.
 Salah satu alasan utama berkurangnya penggunaan terompet adalah kekhawatiran tentang kebersihan.Â
Pandemi meningkatkan kesadaran masyarakat akan risiko penularan melalui benda yang ditiup bergantian, sehingga mereka memilih cara lain untuk merayakan pergantian tahun.
Perubahan Pola Perayaan
Masyarakat kini cenderung merayakan tahun baru dengan cara yang lebih sederhana.Â
Berkumpul bersama keluarga di rumah, menyaksikan acara televisi, atau menyaksikan kembang api dari kejauhan menjadi pilihan yang lebih populer dibandingkan membeli dan meniup terompet.
Penjual Terompet yang Berkurang
Kondisi ini juga berdampak pada para pedagang terompet. Sebelumnya, mereka dapat mengandalkan penjualan terompet sebagai sumber penghasilan tambahan menjelang akhir tahun.Â
Namun, dengan menurunnya permintaan, banyak penjual memilih untuk berhenti menjual terompet.
Selain faktor pandemi, meningkatnya kesadaran terhadap isu lingkungan juga berkontribusi pada berkurangnya penggunaan terompet.Â
Limbah plastik dari terompet yang hanya digunakan sekali dinilai tidak ramah lingkungan, sehingga masyarakat mulai mencari alternatif perayaan yang lebih berkelanjutan.
Kini, lebih banyak orang yang memilih untuk mengabadikan momen pergantian tahun dengan berfoto atau membuat konten di media sosial daripada menggunakan terompet untuk bersenang-senang.
Perspektif Ekonomi Lokal
Hilangnya penjualan terompet juga mencerminkan dinamika ekonomi lokal.Â
Pedagang kecil yang sebelumnya menggantungkan harapan pada lonjakan penjualan akhir tahun kini harus beradaptasi dengan perubahan tren masyarakat, mencari produk lain yang lebih diminati. Â
Meski hilangnya tradisi meniup terompet mungkin dirindukan sebagian orang, perubahan ini juga menunjukkan kemampuan masyarakat untuk beradaptasi.Â
Merayakan tahun baru tidak lagi bergantung pada terompet, tetapi lebih kepada kebersamaan dan makna pergantian waktu dalam hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H