Kawasan karst Gunungkidul, yang membentang seluas 757,13 kilometer persegi dan mencakup 14 kecamatan, adalah salah satu warisan alam terbesar di Indonesia.Â
Wilayah ini tidak hanya memiliki keunikan geologi, tetapi juga berfungsi sebagai penyerap karbon, penyedia air bawah tanah, dan mitigator bencana alam, seperti banjir dan kekeringan.Â
Selain itu, kawasan ini menyimpan kekayaan budaya dan sejarah, dengan gua-gua yang menjadi situs arkeologi serta tempat ritual tradisional.Â
Persediaan Air Bawah Tanah di Gunungkidul
Lanskap karst di Gunungkidul ini tidak hanya menjadi warisan geologi yang penting, tetapi juga memiliki peran signifikan dalam menyediakan sumber air bawah tanah melalui sungai bawah tanah seperti Sungai Bribin dan Seropan.Â
Selain itu, wilayah ini menjadi tempat wisata alam unggulan seperti Goa Jomblang, Goa Pindul, serta pantai-pantai karst seperti Pantai Indrayanti dan Pantai Ngobaran, yang menambah daya tariknya sebagai destinasi wisata yang unik dan menarik.
Ancaman Terhadap Kawasan Karst
Kawasan yang begitu bernilai ini menghadapi berbagai ancaman serius akibat aktivitas manusia yang semakin masif, seperti pembangunan infrastruktur dan eksploitasi pariwisata.
Pembangunan ini sering kali didorong oleh kebutuhan untuk meningkatkan konektivitas wilayah, terutama untuk mendukung sektor ekonomi seperti pariwisata dan distribusi hasil pertanian.Â
Meski tampak bermanfaat, proses konstruksi jalan dapat merusak struktur bawah tanah karst, termasuk gua dan aliran sungai bawah tanah yang menjadi penopang kehidupan masyarakat.Â
Kerusakan pada sistem ini dapat mengganggu siklus hidrologi alami, yang berdampak pada menurunnya ketersediaan air bersih, terutama di musim kemarau.Â