Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelayanan Gereja yang Sehat, Melampau Preferensi Pribadi

24 Desember 2024   07:35 Diperbarui: 17 Desember 2024   14:36 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustarsi Pelayanan (PIXABAY.COM/Jeremiah7)

Pendelegasian tugas yang buruk dalam sebuah organisasi keagamaan, seperti gereja, sering kali menjadi masalah yang mengganggu kelancaran pelayanan

Dalam banyak kasus, kepentingan pribadi lebih sering memengaruhi keputusan dalam penugasan, yang pada akhirnya dapat merusak semangat kebersamaan dan keadilan dalam pelayanan.

Pengaruh Kepentingan Pribadi dalam Pendelegasian Tugas

Dalam banyak organisasi keagamaan, seseorang yang dianggap mudah disetir atau mengikuti pandangan tertentu seringkali menjadi pilihan utama dalam pemberian tugas pelayanan. 

Hal ini terjadi karena ada kecenderungan untuk memilih individu yang sejalan dengan kepentingan atau pandangan pribadi dari pemimpin. Akibatnya, orang yang memiliki pandangan berbeda atau yang dianggap tidak mendukung kebijakan tertentu justru diabaikan atau dibiarkan tanpa tugas pelayanan, meskipun mereka memiliki kemampuan dan potensi yang sama.

Dalam hal ini, tugas pelayanan yang seharusnya diberikan secara adil dan merata kepada semua anggota jemaat, sering kali justru terbatas pada kelompok tertentu saja. 

Ini dapat menimbulkan ketidakpuasan, rasa tidak adil, dan bahkan perpecahan di dalam gereja atau organisasi keagamaan tersebut. Pendelegasian yang tidak berdasarkan kemampuan atau kualifikasi yang jelas malah memperburuk kualitas pelayanan yang ada.

Dampak Negatif Pendelegasian Tugas yang Tidak Adil

Ketidakadilan dalam pendelegasian tugas dapat menciptakan ketidakpuasan di kalangan pelayan ataupun anggota gereja. Hal ini akan memengaruhi semangat kerjasama dan kebersamaan, serta berdampak buruk pada kualitas pelayanan yang diberikan. 

Mereka yang tidak mendapatkan kesempatan untuk melayani merasa dipinggirkan, sementara mereka yang diberi tugas justru mungkin merasa terbebani oleh adanya ketidakadilan tersebut.

Selain itu, pendelegasian tugas yang salah juga bisa menyebabkan pelayanan gereja menjadi kurang efektif. Orang yang tidak benar-benar memiliki kompetensi atau keterampilan yang diperlukan bisa saja mendapat tugas yang tidak sesuai, sementara orang yang lebih berkualitas dan memiliki keterampilan lebih, tidak diberikan kesempatan untuk melayani. 

Hal ini akan merugikan seluruh jemaat dan mengurangi dampak positif yang seharusnya bisa dicapai melalui pelayanan yang berkualitas.

Pandangan Ahli tentang Pertumbuhan Gereja dan Kepemimpinan Pelayanan

Dr. Peter Wagner, seorang teolog yang dikenal dalam bidang pertumbuhan gereja, menekankan pentingnya pendelegasian tugas yang efektif dan berlandaskan spiritualitas. 

Menurut Wagner, “Salah satu kunci pertumbuhan gereja adalah melibatkan sebanyak mungkin orang dalam pelayanan dengan mengidentifikasi karunia rohani mereka dan menempatkan mereka dalam posisi yang sesuai.” 

Pendelegasian yang buruk tidak hanya menghambat potensi individu tetapi juga membatasi pertumbuhan gereja secara keseluruhan karena pelayanan tidak didasarkan pada prinsip-prinsip ilahi yang mendukung kerja tim.

Sementara itu, John Maxwell, seorang pakar kepemimpinan, menyatakan bahwa "Pemimpin yang hebat adalah mereka yang mampu membangun orang lain, bukan hanya bergantung pada kelompok tertentu." 

Ia menekankan bahwa pendelegasian tugas dalam organisasi, termasuk gereja, harus mencerminkan integritas dan mempercayai anggota berdasarkan potensi mereka, bukan karena alasan subjektif. Jika pemimpin memilih orang berdasarkan preferensi pribadi, hal itu akan melemahkan kepercayaan tim secara keseluruhan.

Membangun Sistem Organisasi Pelayanan yang Sehat dan Berkualitas

Untuk menciptakan sebuah organisasi pelayanan yang sehat dan berkualitas, gereja perlu mendesain sistem pendelegasian tugas yang jelas dan objektif. 

Berikut adalah beberapa langkah yang bisa diambil untuk memastikan bahwa pendelegasian tugas berjalan dengan baik:

  1. Pahami Kebutuhan dan Potensi Setiap Anggota Jemaat. Pendelegasian tugas seharusnya didasarkan pada pemahaman yang baik tentang kemampuan dan potensi setiap anggota jemaat. Setiap orang memiliki keahlian dan bakat yang berbeda-beda, dan tugas pelayanan harus diberikan sesuai dengan kemampuan mereka untuk memaksimalkan potensi tersebut.

  2. Gunakan Sistem Penilaian yang Jelas dan Objektif. Gereja seharusnya memiliki sistem penilaian yang transparan dan objektif dalam memilih siapa yang akan melaksanakan tugas pelayanan. Penilaian ini bisa meliputi keterampilan, pengalaman, dan komitmen seseorang terhadap visi gereja, bukan hanya berdasarkan preferensi pribadi atau hubungan dekat dengan pemimpin gereja.

  3. Ciptakan Suasana Inklusif dan Terbuka. Pendelegasian tugas seharusnya menciptakan suasana inklusif di mana setiap anggota gereja merasa dihargai dan memiliki kesempatan yang sama untuk melayani. Semua anggota jemaat, tanpa memandang pandangan pribadi mereka, harus memiliki kesempatan untuk terlibat dalam pelayanan sesuai dengan kapasitas mereka.

  4. Tugas Berdasarkan Kebutuhan Pelayanan, Bukan Kepentingan Pribadi. Dalam menentukan tugas pelayanan, gereja harus fokus pada kebutuhan pelayanan itu sendiri. Tugas harus diberikan berdasarkan kriteria yang jelas, seperti keterampilan dan kesiapan, bukan karena kedekatan pribadi atau kesamaan pandangan.

  5. Evaluasi dan Umpan Balik Secara Rutin. Evaluasi berkala terhadap pendelegasian tugas juga penting untuk memastikan bahwa pelayanan tetap berjalan dengan baik. Umpan balik dari anggota jemaat dapat membantu memperbaiki dan mengembangkan sistem pendelegasian yang ada.

  6. Pelatihan dan Pengembangan. Penting bagi gereja untuk menyediakan pelatihan dan pengembangan bagi setiap anggota jemaat yang terlibat dalam pelayanan. Ini akan meningkatkan kualitas pelayanan dan memastikan bahwa setiap individu yang melayani memiliki kompetensi yang sesuai dengan tugas yang diberikan.

Pendelegasian tugas yang buruk dalam organisasi keagamaan dapat mengganggu kualitas pelayanan dan menciptakan ketidakadilan di dalam gereja. 

Untuk membangun sistem yang sehat dan berkualitas, gereja harus memastikan bahwa tugas diberikan berdasarkan kemampuan dan potensi setiap individu, serta didukung oleh sistem penilaian yang jelas dan objektif. 

Seperti yang diungkapkan oleh Dr. Peter Wagner dan John Maxwell, pertumbuhan gereja hanya dapat tercapai ketika pendelegasian tugas dilakukan dengan adil, berlandaskan karunia rohani, dan berfokus pada pengembangan seluruh jemaat. 

Gereja dapat menciptakan lingkungan yang inklusif, adil, dan efektif dalam melaksanakan tugas pelayanan, yang pada gilirannya akan memperkuat kesatuan dan memperluas dampak positif pelayanan tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun