Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Skema Pajak 2025 di Tengah Ketidakpastian Ekonomi: Dampak bagi Masyarakat dan Sektor Strategis

17 Desember 2024   14:15 Diperbarui: 18 Desember 2024   18:42 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Taxes tax Consultant Return (PIXAABAY.VOM/wal_172619)

Kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen yang akan diterapkan mulai 1 Januari 2025 telah menimbulkan berbagai pandangan dan spekulasi mengenai dampaknya terhadap perekonomian Indonesia. 

Langkah ini merupakan implementasi dari amanat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP), yang bertujuan untuk memperbaiki struktur perpajakan dan meningkatkan pendapatan negara. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa kenaikan ini akan disertai dengan pemberian berbagai insentif dan pembebasan PPN pada sektor-sektor strategis, seperti barang pokok, pendidikan, kesehatan, dan transportasi. 

Penting untuk menganalisis apakah kenaikan PPN ini sudah sesuai dengan situasi ekonomi dan keuangan Indonesia saat ini.

Strategi Pemerintah Menjaga Keseimbangan Fiskal dan Kesejahteraan Rakyat

Kenaikan tarif PPN menjadi 12 persen pada 2025 dapat dilihat sebagai langkah yang penting untuk meningkatkan pendapatan negara. 

Pemerintah Indonesia, yang menghadapi tekanan fiskal untuk membiayai berbagai program pembangunan dan infrastruktur, perlu mencari sumber pendapatan yang lebih besar. 

Peningkatan tarif PPN ini, meskipun akan berpotensi memengaruhi daya beli masyarakat, dianggap sebagai langkah yang lebih efisien dibandingkan dengan pajak-pajak lainnya, seperti pajak penghasilan (PPh) yang seringkali sulit untuk dipungut dengan adil. 

Pemerintah juga berencana untuk memberikan pembebasan PPN untuk barang-barang dan jasa penting, yang menjadi bentuk keberpihakan kepada masyarakat, terutama mereka yang berpendapatan rendah.

Pembebasan PPN untuk Barang Pokok: Bentuk Keberpihakan Pemerintah

Pemerintah memutuskan untuk membebaskan PPN untuk barang-barang pokok, seperti beras, daging, ikan, sayur, dan produk lainnya yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. 

Pembebasan ini merupakan salah satu upaya untuk meringankan dampak kenaikan tarif PPN terhadap kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah. 

Dari sudut pandang ekonomi, meskipun pembebasan PPN terhadap barang-barang pokok sangat positif, tetap ada tantangan dalam memastikan bahwa sektor-sektor ini dapat dikelola dengan efisien dan tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. 

Pembebasan PPN bisa menjadi lebih efektif jika ada pengawasan yang ketat, sehingga harga barang pokok tetap terjangkau dan tidak dimanfaatkan untuk meningkatkan margin keuntungan yang tidak adil.

Dampak dan Tantangan Ekonomi

Kenaikan PPN dari 10 persen menjadi 12 persen dapat menimbulkan tekanan pada daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah dan bawah, yang sudah merasa kesulitan dengan harga barang dan jasa yang terus meningkat. 

Dari sudut pandang ekonomi, kenaikan ini berpotensi mengurangi konsumsi, karena harga barang dan jasa yang lebih tinggi dapat membuat masyarakat mengurangi pengeluaran mereka. 

Ini dapat memengaruhi sektor-sektor yang sangat bergantung pada konsumsi domestik, seperti ritel dan barang-barang konsumsi lainnya. Dalam jangka pendek, sektor-sektor ini mungkin mengalami penurunan permintaan. 

Pemerintah perlu hati-hati dalam menyeimbangkan kebijakan fiskal dengan dampak jangka pendek yang dapat merugikan perekonomian secara keseluruhan.

Insentif Ekonomi untuk Rumah Tangga Berpendapatan Rendah

Salah satu cara pemerintah untuk mengatasi dampak dari kenaikan PPN adalah dengan memberikan insentif kepada rumah tangga berpendapatan rendah. 

Insentif ini sangat penting karena golongan ini paling rentan terhadap kenaikan harga akibat perubahan tarif PPN. 

Dalam hal ini, pemerintah dapat mempertimbangkan berbagai bentuk bantuan langsung tunai (BLT) atau subsidi untuk barang-barang dan jasa yang telah dibebaskan dari PPN, untuk memastikan mereka tetap dapat memenuhi kebutuhan dasar tanpa mengurangi kualitas hidup mereka. 

Dari sudut pandang keuangan, pemberian insentif semacam ini juga akan meningkatkan kesejahteraan sosial dan membantu mempertahankan daya beli masyarakat yang lebih luas.

Peran Pembebasan PPN dalam Menjaga Aksesibilitas Barang dan Jasa Strategis

Pembebasan PPN pada barang-barang strategis seperti makanan pokok, pendidikan, dan kesehatan dapat memainkan peran penting dalam menjaga aksesibilitas barang dan jasa yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. 

Ini adalah langkah yang sejalan dengan prinsip keadilan sosial dalam ekonomi, di mana pemerintah mencoba mengurangi kesenjangan sosial dan memastikan bahwa seluruh lapisan masyarakat dapat mengakses kebutuhan dasar mereka. 

Dari sudut pandang ekonomi, kebijakan ini diharapkan dapat mempertahankan kestabilan sosial dan ekonomi dengan mengurangi ketimpangan yang ada. 

Kebijakan ini juga dapat membantu menciptakan ketahanan sosial yang lebih baik dalam menghadapi guncangan ekonomi.

Kunci Keberhasilan Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal yang melibatkan kenaikan tarif PPN ini akan sangat bergantung pada pengelolaan anggaran yang transparan dan efisien. Pembebasan PPN untuk barang dan jasa tertentu memerlukan pengawasan yang ketat untuk memastikan bahwa manfaatnya benar-benar sampai kepada masyarakat yang membutuhkan. 

Dari sudut pandang keuangan, transparansi dalam alokasi dana pembebasan PPN akan sangat penting untuk menghindari penyalahgunaan atau ketidakpastian dalam penerapannya. 

Dengan pengawasan yang tepat, kebijakan ini dapat berhasil dalam mencapai tujuan fiskal tanpa menimbulkan ketimpangan yang lebih besar di masyarakat.

Apakah Sudah Sesuai dengan Kondisi Ekonomi?

Dari sudut pandang ekonomi, kenaikan PPN bisa dianggap sebagai langkah yang masuk akal untuk meningkatkan pendapatan negara, terutama dalam kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian global. 

Apakah kenaikan ini sudah sesuai dengan kondisi ekonomi domestik? Beberapa kalangan menilai bahwa peningkatan PPN mungkin terlalu membebani masyarakat yang sudah menghadapi inflasi tinggi dan tekanan biaya hidup. 

Langkah pemerintah dalam memberikan pembebasan PPN pada sektor-sektor penting seperti makanan pokok, pendidikan, dan kesehatan harus disertai dengan pemantauan yang ketat agar dampak negatifnya bisa diminimalisasi. 

Penerapan kebijakan ini harus terus dievaluasi agar tetap sejalan dengan kondisi perekonomian dan tetap menjaga keberlanjutan ekonomi negara.

Dampak Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Penerapan kenaikan tarif PPN ini berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi Indonesia, terutama dalam jangka pendek. 

Dalam teori ekonomi, kenaikan PPN dapat menekan konsumsi domestik, yang berkontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia. 

Jika kebijakan ini disertai dengan pemberian insentif yang cukup, serta pembebasan PPN pada sektor-sektor yang strategis, dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi bisa lebih terkendali. 

Dari sudut pandang keuangan, penerapan PPN yang lebih tinggi seharusnya mampu meningkatkan penerimaan negara, namun harus dibarengi dengan kebijakan yang mendukung pertumbuhan sektor-sektor yang paling berdampak.

Pengelolaan Anggaran dan Keterbukaan dalam Kebijakan Fiskal

Kenaikan PPN harus disertai dengan pengelolaan anggaran yang efektif dan transparan. 

Pemerintah perlu memastikan bahwa penerimaan tambahan dari kenaikan PPN benar-benar digunakan untuk program-program yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat, seperti pembangunan infrastruktur dan penyediaan layanan dasar. 

Dari perspektif keuangan, pengelolaan yang baik akan memastikan bahwa kebijakan fiskal ini memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat tanpa menambah beban tambahan yang tidak perlu.

Apakah Kenaikan PPN Sudah Tepat?

Kenaikan PPN yang direncanakan pada 2025 dapat dianggap sebagai langkah yang diperlukan untuk memperbaiki perekonomian Indonesia. 

Kebijakan ini harus dilaksanakan dengan hati-hati agar tidak menambah beban bagi masyarakat, terutama yang berpendapatan rendah. 

Pembebasan PPN untuk barang-barang pokok dan jasa penting menjadi kunci dalam menjaga keseimbangan antara kebutuhan fiskal negara dan kesejahteraan rakyat. 

Oleh karena itu, dari sudut pandang ekonomi dan keuangan, kenaikan PPN ini sudah tepat, asalkan pemerintah dapat mengelola kebijakan ini dengan transparan, adil, dan mengawasi dampaknya secara efektif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun