desa di Gunungkidul, seperti jalan antara Desa Candirejo dan Dadapayu yang menembus Ngenep ke Cuwelo, serta jalan antara Dusun Jati dan Klepu, menggambarkan ironi pembangunan infrastruktur di daerah ini.
Kondisi jalan penghubung antarJalan yang dulu beraspal kini rusak parah, dipenuhi lubang berbatu, bahkan tidak dapat dilewati kendaraan. Kerusakan ini tidak hanya menyulitkan mobilitas warga tetapi juga berdampak signifikan pada perekonomian lokal.Â
Jalan Rusak Ekonomi Tersendat
Seharusnya, desa-desa ini dapat berbagi keuntungan ekonomi melalui pasar-pasar tradisional seperti Pasar Ngenep dan Pasar Pahing Regedek.
Kerusakan jalan ini juga berdampak pada petani dan pedagang yang bergantung pada akses jalan untuk mengangkut hasil panen dan barang dagangan mereka.Â
Dengan infrastruktur jalan yang buruk, biaya transportasi meningkat, waktu tempuh menjadi lebih lama, dan daya saing produk lokal menurun.Â
Akibatnya, roda ekonomi di desa-desa ini tersendat, menghambat peluang peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kesenjangan Infrastruktur
Ironisnya, pembangunan jalan yang megah terlihat di kawasan wisata seperti sepanjang jalur pantai Gunungkidul.Â
Sementara itu, jalan penghubung antar desa yang tidak memiliki potensi wisata sering kali diabaikan.Â
Hal ini menimbulkan kesenjangan yang mencolok antara wilayah yang dianggap strategis secara ekonomi dan wilayah yang dinilai kurang prioritas.
Ketimpangan ini mencerminkan kurangnya kebijakan pembangunan yang inklusif. Infrastruktur yang layak seharusnya menjadi hak semua warga, bukan hanya mereka yang berada di kawasan wisata.
Jalan Memiliki Pengaruh Multidimensi
Jalan penghubung desa yang baik akan mempermudah distribusi hasil tani, meningkatkan akses ke pasar, dan mendukung kegiatan ekonomi yang berkelanjutan.
Selain dampak ekonomi, jalan yang layak juga berdampak besar pada aspek sosial dan pendidikan. Anak-anak desa dapat lebih mudah dan nyaman pergi ke sekolah tanpa harus menghadapi perjalanan yang sulit dan berbahaya.Â
Pendidikan yang baik tidak hanya bergantung pada fasilitas sekolah tetapi juga pada infrastruktur pendukung seperti jalan.
Kerusakan jalan antar desa juga menghambat akses warga terhadap layanan kesehatan. Dalam keadaan darurat, sulitnya akses jalan dapat membahayakan nyawa warga yang membutuhkan bantuan medis dengan segera.Â
Hal ini menunjukkan bahwa masalah infrastruktur jalan adalah isu multidimensional yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Pemerintah daerah seharusnya lebih responsif terhadap keluhan warga terkait jalan-jalan desa yang terbengkalai.
Perlunya Alokasi Anggaaran yang adil
Alokasi anggaran yang adil dan merata harus menjadi prioritas untuk memastikan pembangunan yang inklusif. Daerah non-wisata juga memiliki peran penting dalam perekonomian daerah secara keseluruhan dan tidak boleh diabaikan.
Peran masyarakat juga penting dalam mengawasi dan menyuarakan kebutuhan infrastruktur mereka. Partisipasi aktif warga dalam musyawarah pembangunan desa dapat membantu memastikan bahwa kebutuhan prioritas mereka didengar dan diakomodasi.
Program pembangunan infrastruktur yang baik tidak hanya berfokus pada kawasan strategis tetapi juga pada desa-desa yang dianggap kurang prioritas.Â
Peningkatan aksesibilitas desa akan membuka peluang baru, tidak hanya di bidang ekonomi tetapi juga pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan secara umum.
Perbaikan Jalan yang Mendesak
Gunungkidul memiliki potensi besar untuk berkembang, tetapi potensi ini hanya dapat terwujud jika pemerintah dan masyarakat bersama-sama mengatasi tantangan infrastruktur.Â
Perbaikan jalan penghubung antar desa adalah langkah awal yang penting untuk menciptakan pemerataan pembangunan.
Dengan memastikan infrastruktur jalan yang layak di semua desa, pemerintah dapat memperkuat konektivitas antar wilayah, mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.Â
Ini adalah investasi jangka panjang yang akan membawa dampak positif bagi generasi mendatang. Jika pemerintah tetap mengabaikan jalan penghubung desa, kesenjangan pembangunan akan semakin melebar.Â
Sudah saatnya pembangunan infrastruktur dilakukan dengan pendekatan yang inklusif, di mana semua warga memiliki akses yang sama terhadap fasilitas dasar, tanpa memandang lokasi geografis mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H