Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Politik Uang, Politik Praktis, dan Ancaman terhadap Kualitas Demokrasi

16 November 2024   07:21 Diperbarui: 16 November 2024   16:18 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: demo tolak politik uang/ Kompas

Di dunia demokrasi modern, pemilu merupakan sarana utama bagi rakyat untuk mengekspresikan suara mereka dan memilih pemimpin yang dianggap dapat memperjuangkan kepentingan bersama. 

Namun, dalam kenyataannya, kualitas demokrasi sering kali tergerus oleh praktik-praktik yang mengabaikan nilai-nilai luhur demokrasi itu sendiri. Dua di antaranya yang paling mencolok adalah politik uang dan politik praktis. 

Kedua fenomena ini tidak hanya merusak proses pemilihan umum, tetapi juga mengancam integritas sistem politik itu sendiri. 

Sebagai contoh, Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang akan berlangsung pada November 2024 menjadi momen penting untuk menilai seberapa jauh praktik ini masih mengancam kualitas demokrasi kita.

Politik Uang: Penghancuran Partisipasi Sejati dalam Pilkada 2024

Politik uang adalah salah satu bentuk penyimpangan demokrasi yang paling sering dijumpai dalam banyak negara berkembang, termasuk Indonesia. 

Praktik ini melibatkan pemberian uang atau barang sebagai imbalan untuk memilih calon tertentu. Fenomena ini kembali mencuat menjelang Pilkada serentak 2024, dengan laporan tentang penyebaran praktik politik uang yang dilakukan oleh sejumlah calon kepala daerah atau tim sukses mereka. 

Politik uang menggiring pemilih untuk memilih bukan berdasarkan visi dan misi calon pemimpin, melainkan karena insentif materi yang diberikan dalam jangka pendek. Pada Pilkada 2024, kita mungkin akan melihat lebih banyaknya praktik semacam ini.

Masyarakat yang kesulitan ekonomi sering kali tergoda oleh tawaran uang atau barang dari calon tertentu, tanpa mempertimbangkan apakah calon tersebut memiliki program yang benar-benar bermanfaat bagi masa depan mereka.

Politik Praktis: Pragmatismenya Partai Politik dalam Pilkada 2024 

Politik praktis merujuk pada orientasi kekuasaan yang lebih mengutamakan hasil jangka pendek dan keuntungan praktis bagi individu atau kelompok, tanpa memperhatikan nilai-nilai ideal demokrasi. 

Dalam praktik politik seperti ini, partai politik sering kali membuat keputusan berdasarkan pragmatisme dan kepentingan sesaat, bukan berdasarkan ideologi atau program yang berpihak pada kepentingan rakyat.

Menjelang Pilkada 2024, kita sudah bisa melihat bahwa beberapa partai politik cenderung memilih calon kepala daerah berdasarkan pertimbangan pragmatis, seperti popularitas atau kekuatan finansial. 

Koalisi-koalisi yang terbentuk sering kali lebih dipengaruhi oleh kesepakatan politik jangka pendek daripada kesamaan visi dalam membangun daerah. 

Dengan demikian, pemilihan calon kepala daerah tidak lagi menjadi ajang untuk mencari pemimpin terbaik, melainkan ajang perburuan kekuasaan tanpa memperhatikan kualitas kepemimpinan.

Kehilangan Kepercayaan pada Institusi Demokrasi dalam Konteks Pilkada

Rendahnya kualitas demokrasi akibat politik uang dan politik praktis berujung pada berkurangnya kepercayaan publik terhadap institusi demokrasi. 

Dalam konteks Pilkada 2024, jika praktik-praktik ini dibiarkan berlangsung tanpa pengawasan yang ketat, masyarakat akan semakin merasa bahwa proses pemilihan kepala daerah bukan lagi cara yang efektif untuk memilih pemimpin yang bisa memberikan perubahan positif. 

Sebaliknya, mereka akan merasa bahwa suara mereka dapat dibeli dengan uang atau terpengaruh oleh permainan politik yang tidak jelas ujungnya. 

Ketika rakyat merasa proses politik berjalan dengan cara yang tidak adil, mereka akan kehilangan kepercayaan pada institusi yang menjalankan pemilu, seperti KPU dan Bawaslu.

Pendidikan Politik yang Lemah: Salah Satu Penyebabnya

Salah satu faktor yang memperburuk praktik politik uang dan politik praktis adalah rendahnya tingkat pendidikan politik di kalangan masyarakat. 

Menjelang Pilkada 2024, banyak pemilih yang masih belum memahami sepenuhnya hak-hak politik mereka atau tidak mengerti cara memilih pemimpin yang tepat. 

Pendidikan politik yang memadai sangat penting untuk membentuk masyarakat yang cerdas dan kritis dalam memilih pemimpin. 

Tanpa pendidikan politik yang baik, pemilih lebih mudah terpengaruh oleh politik uang atau janji-janji kosong yang hanya bertujuan untuk mendapatkan suara.

Meningkatkan Transparansi dan Akuntabilitas dalam Pilkada 2024

Untuk mengatasi praktik politik uang dan politik praktis dalam Pilkada 2024, salah satu solusi yang dapat diambil adalah dengan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam setiap tahap proses pemilu. 

Pemerintah, KPU, dan Bawaslu harus lebih proaktif dalam memantau praktek politik uang yang kerap muncul menjelang Pilkada.

Transparansi juga harus diterapkan pada proses pengadaan logistik Pilkada, sehingga tidak ada ruang bagi pihak tertentu untuk memanipulasi sistem. 

Pengawasan yang ketat terhadap setiap tahapan pemilu dapat mencegah terjadinya kecurangan dan memastikan bahwa proses pemilihan berjalan dengan adil dan sesuai aturan yang berlaku.

Reformasi Partai Politik: Kunci untuk Meningkatkan Kualitas Demokrasi

Partai politik memegang peran penting dalam Pilkada 2024. Namun, untuk meningkatkan kualitas demokrasi, partai politik perlu melakukan reformasi internal. 

Mereka harus lebih memperhatikan proses seleksi calon kepala daerah yang berbasis pada kompetensi dan integritas, bukan hanya kepentingan pragmatis atau kekuatan finansial. 

Dengan seleksi yang lebih ketat dan berbasis pada kualitas, Pilkada 2024 bisa menjadi ajang untuk memilih pemimpin yang benar-benar peduli dengan kesejahteraan rakyat.

Selain itu, partai politik perlu lebih transparan dalam proses pencalonan dan berfokus pada pencalonan pemimpin yang memiliki track record yang jelas dalam melayani rakyat, bukan hanya yang bisa mendatangkan suara terbanyak atau dana kampanye yang besar.

Pentingnya Pembentukan Kelembagaan yang Kuat dalam Pengawasan Pilkada

Selain reformasi partai politik, penting juga untuk membentuk kelembagaan negara yang kuat dan independen, terutama lembaga yang mengawasi jalannya Pilkada. 

Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) harus diberikan otonomi yang lebih besar dan sumber daya yang memadai untuk menjalankan tugas mereka dengan efisien.

Dalam Pilkada 2024, jika KPU dan Bawaslu bisa menjalankan peran mereka dengan baik dan tanpa intervensi, maka kemungkinan besar praktik politik uang dapat dikurangi, dan pemilihan akan lebih transparan. 

Namun, penguatan kelembagaan ini harus disertai dengan penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran yang terjadi selama proses pemilu.

Mengembalikan Esensi Demokrasi dalam Pilkada 2024

Pada akhirnya, tantangan besar bagi demokrasi Indonesia dan Pilkada 2024 adalah bagaimana mengembalikan esensi sejati dari demokrasi itu sendiri. 

Demokrasi harus kembali kepada prinsipnya yang paling mendasar: pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. 

Praktik politik uang dan politik praktis jelas bertentangan dengan prinsip ini, karena keduanya mengabaikan suara rakyat yang tulus dan menggantinya dengan kepentingan-kepentingan yang bersifat sementara.

Untuk mewujudkan demokrasi yang lebih baik, dibutuhkan usaha bersama dari seluruh elemen masyarakat---baik pemerintah, partai politik, media, hingga rakyat itu sendiri. 

Pilkada 2024 bisa menjadi momen penting untuk memperbaiki kualitas demokrasi kita jika semua pihak berkomitmen untuk menjaga integritas proses politik dan mengutamakan kepentingan rakyat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun