Selain itu, pemilu yang dilakukan dalam waktu dekat menyebabkan tingginya biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat. Kampanye politik yang marak, baik melalui media sosial maupun kegiatan langsung, membutuhkan dana besar yang seringkali berasal dari sumbangan masyarakat atau partisipasi relawan.Â
Bagi sebagian besar masyarakat, pengeluaran untuk pemilu dan pilkada bisa menjadi beban tambahan di tengah kesulitan ekonomi yang sudah ada.
Polarisasi di Masyarakat
Meningkatnya polarisasi sosial di masyarakat. Proses pemilu yang penuh dengan persaingan politik sering kali memicu perpecahan antarwarga.Â
Masyarakat yang seharusnya bersatu dalam keberagaman, sering kali terpecah akibat perbedaan pandangan politik. Ketegangan ini mengganggu kerukunan sosial dan menciptakan suasana yang kurang kondusif bagi pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Proses pemilu yang memakan waktu panjang dan sering kali memunculkan perdebatan tanpa akhir juga dapat mengganggu fokus pemerintah dalam menangani isu-isu lain yang lebih mendesak.Â
Dalam waktu yang panjang, pemerintah dan legislatif terfokus pada persiapan dan pelaksanaan pemilu serta pilkada, sementara kebijakan pembangunan yang lebih luas mungkin tertunda atau terganggu.
Polarisasi politik yang seringkali muncul selama masa kampanye Pemilu dan Pilkada menjadi masalah lain yang perlu dievaluasi. Penggunaan isu-isu sensitif, seperti agama, etnis, dan identitas, untuk menarik suara sering kali menambah ketegangan di masyarakat.Â
Kampanye yang saling menjatuhkan antara kandidat dan partai politik bukan hanya merusak hubungan antarwarga, tetapi juga menciptakan atmosfer yang penuh kebencian, yang tidak sehat bagi kehidupan demokrasi.
Pemborosan SDM dan Logistik
Proses Pemilu dan Pilkada yang terpisah dalam waktu yang berdekatan ini menyebabkan pemborosan sumber daya manusia dan logistik.Â