Beberapa waktu lalu, civitas akademika STTJKI menyambut kunjungan tamu dari Australia dengan menampilkan Tari Gambyong.Â
Tarian ini dibawakan oleh empat penari, yaitu Aryani dan Dwi, yang berasal dari Jawa Tengah, serta Yona dan Mega, yang berasal dari suku Dayak.Â
Meskipun berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, Yona dan Mega mampu membawakan tarian ini dengan baik, memperlihatkan kekompakan dan keindahan gerak yang memukau para tamu undangan.Â
Penampilan mereka menjadi salah satu momen yang menarik perhatian dan mendapatkan apresiasi dari para tamu yang hadir.
Sebagai Bentuk Penghormatan dan Identitas Budaya
Penyambutan tamu dengan Tari Gambyong bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan terhadap tamu yang datang dan simbol dari identitas budaya Jawa yang kaya.Â
Dalam tradisi Jawa, menyambut tamu dengan seni pertunjukan adalah cara untuk menunjukkan rasa hormat dan mengungkapkan kebanggaan terhadap warisan budaya.Â
Penampilan Tari Gambyong yang anggun ini mencerminkan nilai-nilai luhur seperti keramahan, keanggunan, dan kesopanan yang merupakan ciri khas masyarakat Jawa.Â
Melalui pertunjukan seni ini, civitas akademika STTJKI ingin memperkenalkan dan mempromosikan kekayaan budaya Jawa kepada tamu dari luar negeri.
Mempertahankan Eksistensi Seni Tari Jawa Klasik
Tarian ini adalah representasi seni pertunjukan khas Jawa yang menonjolkan keindahan dan keanggunan gerakan.
Keunikan Tari Gambyong terletak pada gerakannya yang luwes dan penuh kelembutan, yang sering kali dianggap sebagai simbol keanggunan perempuan Jawa.Â
Tarian ini tidak hanya menjadi bagian dari seni pertunjukan, tetapi juga menjadi bagian integral dari tradisi dan adat istiadat Jawa.
Pada mulanya tarian ini digelar sebagai bagian dari perayaan panen atau hajatan di masyarakat, biasanya dibawakan oleh penari tunggal sebagai bentuk hiburan untuk para tamu.Â
Namun, ketika tarian ini dibawa ke lingkungan istana oleh para penari yang diundang, Tari Gambyong mengalami berbagai perubahan, baik dalam gerakan maupun koreografinya.Â
Keanggunan Gerakan dan Simbolisme dalam Tari Gambyong
Ciri khas Tari Gambyong terletak pada gerakannya yang anggun, dengan fokus pada keluwesan dan keharmonisan gerakan tangan, kaki, kepala, dan tubuh.Â
Gerakan dasar tarian ini berasal dari Tayub, namun disempurnakan untuk menampilkan kesan yang lebih lembut dan elegan.Â
Salah satu ciri uniknya adalah pandangan mata penari yang selalu mengikuti gerakan tangan, menambah kesan anggun dan memperkuat ekspresi tarian.Â
Biasanya, penari mengenakan kebaya dengan kain jarik bermotif batik yang indah, dipadukan dengan selendang berwarna kuning keemasan yang melambangkan kemakmuran dan kesuburan.Â
Warna-warna yang digunakan dalam kostum, seperti hijau dan kuning, memiliki makna simbolis yang erat kaitannya dengan alam dan kesejahteraan, mencerminkan kehidupan masyarakat agraris Jawa yang dekat dengan alam.
Musik Pengiring dan Suasana dalam Tari Gambyong
Musik pengiring dalam Tari Gambyong menggunakan gamelan Jawa yang terdiri dari berbagai instrumen, seperti kendang, gong, kenong, dan gambang.Â
Kendang memainkan peran penting dalam mengatur ritme dan tempo gerakan penari. Irama gamelan yang lembut dan harmonis menciptakan suasana yang menenangkan, sehingga menambah keindahan penampilan Tari Gambyong.
Keberadaan Tari Gambyong hingga saat ini menunjukkan bahwa tarian ini berhasil mempertahankan eksistensinya di tengah arus modernisasi.Â
Tarian ini sering ditampilkan dalam berbagai acara resmi, seperti pernikahan, upacara adat, hingga pagelaran seni budaya.
Upaya Pelestarian Tari Gambyong
Tidak dapat dipungkiri bahwa modernisasi dan perubahan sosial telah membawa tantangan tersendiri bagi keberlangsungan Tari Gambyong.Â
Minat generasi muda terhadap tarian tradisional mulai berkurang, tergeser oleh tren budaya populer yang lebih modern.Â
Oleh karena itu, diperlukan usaha yang serius dari berbagai pihak, mulai dari seniman, pelatih tari, hingga pemerintah, untuk mempromosikan dan mengajarkan Tari Gambyong kepada generasi muda.Â
Inovasi dalam koreografi dan penampilan juga menjadi salah satu faktor kunci dalam mempertahankan relevansi Tari Gambyong.Â
Misalnya, variasi seperti Gambyong Pareanom telah dikembangkan untuk menyesuaikan dengan selera penonton masa kini, namun tetap mempertahankan keunikan dan ciri khas tarian ini.
Meningkatkan Pemahaman BudayaÂ
Melalui pertunjukan seni seperti Tari Gambyong, civitas akademika STTJKI ingin memperkenalkan budaya Indonesia kepada tamu internasional dan membangun pemahaman yang lebih dalam tentang keberagaman budaya.Â
Penyambutan tamu melalui seni pertunjukan menjadi salah satu cara untuk membangun hubungan yang lebih harmonis antarnegara dan antarbudaya.Â
Dengan menyambut tamu dari Australia dan menampilkan Tari Gambyong, STTJKI tidak hanya menampilkan seni, tetapi juga berbagi nilai-nilai budaya yang mencerminkan kekayaan dan kebanggaan Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI