Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Persoalan Pernikahan di Era Modern, antara Ketakutan, Trauma, dan Harapan

7 November 2024   15:18 Diperbarui: 16 November 2024   20:51 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pasangan bergandeng tangan/  https://pixabay.com

Namun, dalam kehidupan nyata, pernikahan sering kali menghadapi banyak tantangan. Salah satu masalah utama adalah percekcokan yang terus-menerus. 

Meskipun setiap pasangan pasti pernah mengalami konflik, jika percekcokan tidak diselesaikan dengan baik, hal ini dapat merusak hubungan dan menciptakan trauma emosional. 

Khususnya bagi anak-anak yang menjadi saksi dari konflik tersebut, pernikahan bisa dipandang sebagai hubungan yang penuh ketegangan dan tekanan. 

Akibatnya, generasi muda yang melihat atau mengalami percekcokan dalam keluarga merasa enggan untuk menikah, karena mereka khawatir pola yang sama akan terjadi dalam kehidupan mereka.

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)

KDRT tidak hanya mencederai fisik, tetapi juga membekas dalam jiwa korban, baik secara langsung maupun melalui pengalaman yang dialami oleh anak-anak. 

Bagi mereka yang pernah menyaksikan atau bahkan menjadi korban KDRT, pernikahan seringkali dilihat sebagai lembaga yang rentan terhadap kekerasan dan penderitaan. 

Hal ini mengarah pada ketakutan untuk terlibat dalam pernikahan, dengan harapan untuk melindungi diri dari kemungkinan hubungan yang menyakitkan dan berbahaya.

Perselingkuhan 

Ketika salah satu pasangan mengkhianati yang lainnya, kepercayaan yang menjadi dasar utama dalam pernikahan hancur, meninggalkan luka emosional yang dalam. 

Bagi generasi muda yang menyaksikan perselingkuhan dalam keluarga, pernikahan dapat terlihat sebagai institusi yang rapuh dan tidak dapat diandalkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun