Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menjadi Pelaku Kebenaran di Tengah Godaan Dunia

3 November 2024   08:51 Diperbarui: 4 November 2024   05:05 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibadah Minggu pagi di Gereja Pentakosta Indonesia Alkitabiah Efata Salatiga berlangsung dengan penuh hikmat. 

Ratusan jemaat memadati gereja, merasakan hadirat Tuhan melalui puji-pujian kontemporer yang dipimpin oleh Ibu Natalia, dengan musik pengiring dari Bapak Yahya Christanto, dan Tim. 

Lagu-lagu tersebut tidak hanya menghadirkan sukacita, tetapi juga membawa jemaat dalam perenungan mendalam, menciptakan suasana penyembahan yang menyentuh hati.

Cara Merespon Pemberitan Kebenaran

Pdt. Nella Sachli memimpin pemberitaan firman Tuhan dengan mengangkat tema dari Matius 14:1-12 dan Lukas 23:8-9. 

Ibu Natalia Memimpin Ibadah di GPIAI Efata/Tim Mulmed.
Ibu Natalia Memimpin Ibadah di GPIAI Efata/Tim Mulmed.
Dalam pesannya, ia menekankan pentingnya respons setiap orang terhadap firman yang mereka terima. "Respons kita terhadap firman Tuhan sangat menentukan kualitas rohani kita," ujarnya. 

Hal ini mengingatkan jemaat bahwa mendengar firman Tuhan harus disertai dengan tindakan nyata dalam kehidupan.

Pentingnya Menerima Teguran

Pdt. Nella membandingkan sikap Herodes dan Pilatus dalam menghadapi Yesus. Herodes, yang menolak teguran Yohanes Pembaptis, akhirnya mengambil keputusan mengerikan untuk membunuhnya. 

Sikap Herodes yang tidak menyukai nasihat kebenaran dari Yohanes menutup pintu hatinya; saat didorong oleh putri tirinya, Salome, yang dipengaruhi Herodias, Herodes memilih jalan kekerasan. 

Ini menggambarkan bagaimana hawa nafsu dan kebencian yang tidak terkendali dapat merusak kebijaksanaan seseorang.

Sedangkan Pilatus, menurut Pdt. Nella, merasa bimbang ketika harus menilai Yesus dalam pengadilan. Meski ia berkali-kali mengatakan tidak menemukan kesalahan pada Yesus, ia akhirnya menyerah pada tekanan massa. 

Gagal Mengikuti Kebenaran

Sikap Pilatus menunjukkan bahwa ketika kita lebih takut pada konsekuensi duniawi, kita kerap gagal bertindak berdasarkan kebenaran. 

Pilatus menggambarkan betapa sering kita terjebak dalam penilaian yang dipengaruhi opini orang banyak daripada berpegang pada kebenaran.

Pdt. Nella mengajak jemaat untuk mempelajari perbedaan mendasar dalam sikap Herodes dan Pilatus sebagai pelajaran hidup sehari-hari.

Di tengah berbagai tantangan, iman harus menjadi landasan yang kuat untuk mengendalikan hawa nafsu dan mencari kehendak Tuhan. 

Membentuk generasi beriman yang teguh bukan hanya soal mukjizat sesaat, melainkan pemahaman mendalam akan kasih dan kebenaran Allah.

Kebenaran Sebagai Fondasi

Beliau juga menegaskan bahwa saat ini kita memiliki Alkitab sebagai pedoman kebenaran. "Kebenaran tidak bisa diukur dengan popularitas atau rating seperti yang kita nilai di dunia," katanya. 

Setiap orang harus memahami bahwa kebenaran ilahi adalah fondasi yang tak tergoyahkan, di luar penilaian manusia.

Ia mengingatkan bahwa kasih Allah hanya bisa dipahami oleh hati yang siap belajar dan rendah hati, bukan sekadar mengejar tanda lahiriah.

Kesediaan Menerima Kebenaran

Pdt Nella Sachli mengingatkan bahwa hidup benar di hadapan Tuhan memerlukan kesediaan mendengar, menerima, dan bertindak sesuai kehendak-Nya, bukan sekadar mengejar apa yang menarik bagi dunia.

Dengan refleksi dari tokoh-tokoh Alkitab ini, ibadah kali mendorong jemaat agar dekat dengan Tuhan dan meninggalkan hal-hal yang menghambat pertumbuhan iman.

Setelah khotbah, Pdt. Nella Sachli melanjutkan dengan memimpin perjamuan kudus. Dalam suasana yang khidmat, jemaat bersama-sama mengenang pengorbanan Yesus di kayu salib.

Jemaat diajak merenungkan makna pengorbanan Kristus dan pentingnya hidup dalam kasih dan kesatuan sebagai tubuh Kristus. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun