Adigang Adigung Adiguna merupakan suatu istilah yang ada dalam peribahasa Jawa yang secara umum memiliki arti menyombongkan kekuatan, kekuasaan, dan kepandaian yang dimiliki.Â
Istilah ini memberikan gambaran mengenai sifat kepemimpinan yang tidak hanya bersandar pada kekuatan dan kuasa, tetapi juga harus disertai dengan sikap rendah hati dan bijaksana.Â
Di tengah tantangan ekonomi yang masih sulit dan tahun politik yang membawa kesengsaraan bagi rakyat kecil, pemimpin harus memahami bahwa keberpihakan kepada rakyat adalah hal yang mutlak.
Saat ini, kondisi ekonomi masyarakat masih dalam keadaan sulit. Menurut data, pada Maret 2024, persentase penduduk miskin di Indonesia tercatat sebesar 9,79 persen, menurun 0,56 persen poin dibandingkan Maret 2023.Â
Namun, angka tersebut masih menunjukkan bahwa sekitar 3,983 juta orang hidup di bawah garis kemiskinan.Â
Penurunan jumlah penduduk miskin ini patut diapresiasi, tetapi masih banyak yang perlu dilakukan agar angka tersebut terus menurun secara signifikan.
Dalam konteks ini, kepemimpinan yang baik sangat dibutuhkan. Seorang pemimpin yang memahami kebutuhan masyarakat adalah mereka yang memiliki integritas dan berkomitmen untuk memajukan kesejahteraan rakyat.Â
Kepemimpinan tidak seharusnya hanya dilihat dari kapasitas kekuasaan, tetapi dari kemampuannya untuk memberdayakan rakyat.Â
Kekuatan pemimpin terletak pada kemampuannya untuk berempati dan memahami kondisi masyarakat yang dipimpinnya.
Tahun politik sering kali membawa dampak negatif, terutama bagi rakyat kecil. Dalam upaya meraih suara, banyak calon pemimpin yang berjanji muluk-muluk namun tidak terwujud ketika terpilih.Â
Hal ini menimbulkan rasa skeptisisme di kalangan masyarakat terhadap para pemimpin. Pemimpin yang baik adalah mereka yang tidak hanya berbicara, tetapi juga bertindak.Â
Mereka yang dapat memberi contoh dengan kebijakan yang berpihak kepada rakyat, bukan hanya kepada kepentingan politik pribadi atau kelompoknya.
Oleh karena itu, sangat penting untuk menjauhi sikap adigang, adigung, dan adiguna dalam kepemimpinan.Â
Pemimpin yang berkuasa tetapi tidak bijaksana, atau yang menggunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi, tidak akan memperoleh kepercayaan rakyat.Â
Sebaliknya, pemimpin yang bijaksana, dengan kemampuan memahami dan mengayomi masyarakat, akan lebih dihargai.Â
Sifat rendah hati dan kemampuan untuk mendengarkan adalah kunci bagi seorang pemimpin untuk membangun hubungan yang harmonis dengan rakyat.
Masyarakat membutuhkan kepastian dan dukungan nyata dari pemimpin mereka. Kebijakan yang adil dan pro-rakyat sangat dibutuhkan untuk menciptakan stabilitas ekonomi.Â
Dalam hal ini, pemerintah harus berupaya untuk menciptakan lapangan pekerjaan, mengurangi pengangguran, dan memberikan akses terhadap layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan.
Selain itu, penting untuk menciptakan budaya anti-korupsi dalam kepemimpinan. Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia pada tahun 2024 tercatat sebesar 3,85 pada skala 0 sampai 5, yang menunjukkan adanya penurunan dibandingkan capaian 2023 yang mencapai 3,92.Â
Hal ini mengindikasikan bahwa masih ada pekerjaan rumah besar bagi pemimpin untuk menjaga transparansi dan integritas dalam pemerintahan. Pemimpin yang baik harus mampu memberantas praktik korupsi dan menegakkan keadilan di semua lini.
Dalam menghadapi tantangan global dan internal, pemimpin harus bersikap adaptif dan responsif. Mereka perlu mengembangkan kebijakan yang tidak hanya menguntungkan dalam jangka pendek, tetapi juga berkelanjutan untuk jangka panjang.Â
Kepemimpinan yang visioner adalah yang mampu melihat potensi dan sumber daya yang ada untuk kemaslahatan masyarakat secara keseluruhan.
Akhirnya, di tengah kondisi yang sulit, masyarakat membutuhkan pemimpin yang mampu berjuang bersama mereka, memahami realitas kehidupan sehari-hari yang penuh tantangan.Â
Dengan sikap yang adil, rendah hati, dan bijaksana, pemimpin akan dapat memimpin dengan efektif dan membawa perubahan positif bagi masyarakat.Â
Sebuah kepemimpinan yang berorientasi pada rakyat kecil, yang tidak hanya mengejar kekuasaan, tetapi lebih kepada pengabdian untuk mencapai kesejahteraan bersama.
Dengan harapan dan kerja keras bersama, kita bisa menciptakan masa depan yang lebih baik bagi seluruh lapisan masyarakat.Â
Pemimpin sejati adalah mereka yang bersedia merangkul rakyat dan berjuang demi kesejahteraan bersama, bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri.Â
Jauhkan sikap adigang, adigung, dan adiguna dalam kepemimpinan agar cita-cita pembangunan yang inklusif dan berkeadilan dapat terwujud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H