Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Mengupas Fenomena Zoning Out Saat Membaca Buku dan Cara Mengatasinya

30 Oktober 2024   19:48 Diperbarui: 30 Oktober 2024   21:56 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zoning out atau spacing out adalah fenomena yang sering dialami banyak orang di tengah aktivitas harian. Kondisi ini ditandai dengan sejenak merasa terputus dari lingkungan sekitar atau melamun tanpa sadar.

Meskipun umumnya dianggap sepele, zoning out sebenarnya bisa berdampak pada produktivitas dan kemampuan berkonsentrasi, terutama saat terjadi terlalu sering atau di waktu yang kurang tepat.

Karakteristik Zoning Out

Secara sederhana, zoning out adalah keadaan di mana seseorang kehilangan perhatian terhadap lingkungan atau tugas yang sedang dikerjakan. 

Saat terjadi, pikiran seseorang bisa melayang ke hal lain tanpa disadari, membuatnya kurang fokus pada realitas saat ini. 

Zoning out umumnya berlangsung singkat, namun dapat memberikan kesan bahwa kita 'hilang' dari saat tersebut.

Penyebab Zoning Out

Ada beberapa penyebab zoning out, mulai dari kelelahan hingga distraksi mental. Kelelahan ekstrem membuat otak kesulitan mempertahankan konsentrasi, sehingga cenderung memasuki mode 'istirahat' dengan melamun. 

Selain itu, situasi membosankan atau stres juga dapat memicu zoning out, saat otak mencari pelarian dari rasa jenuh atau tekanan.


Dampak Stres dan Kecemasan 

Stres dan kecemasan adalah dua faktor lain yang sering kali menyebabkan zoning out. Saat stres tinggi, otak dapat kehilangan fokus karena terdistraksi oleh pikiran yang menekan. 

Hal serupa juga terjadi saat kecemasan meningkat, di mana otak cenderung mencari pelarian dari perasaan tidak nyaman dengan cara melamun atau zoning out.

Pandangan Ahli 

Ahli neuroscience, seperti Dr. Jonathan Smallwood, menyatakan bahwa zoning out adalah respons alami otak untuk mengolah informasi emosional yang belum terselesaikan. 

Dalam pandangannya, zoning out merupakan bentuk pengalihan yang dilakukan otak untuk mengatasi beban mental. 

Sementara itu, Dr. Daniel Levitin menjelaskan bahwa fenomena ini melibatkan aktivasi jaringan default mode network (DMN) di otak, yang bertanggung jawab atas pikiran melayang.

Mekanisme Pertahanan Mental

Beberapa psikolog berpendapat bahwa zoning out memiliki manfaat tertentu, yakni membantu otak untuk mencerna emosi dan informasi secara tidak sadar. 

Dalam beberapa kasus, zoning out berperan sebagai bentuk perlindungan mental saat seseorang menghadapi stres atau kecemasan berlebih, yang memungkinkan mereka 'mengalihkan' pikiran dari kondisi yang tidak nyaman.

Dampak Zoning Out 

Meskipun berguna dalam beberapa situasi, zoning out juga memiliki dampak negatif jika terjadi terlalu sering. 

Dalam dunia kerja, zoning out dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan bahkan kesalahan saat menjalankan tugas penting. 

Sementara dalam konteks belajar, kondisi ini membuat seseorang sulit memahami atau mengingat materi dengan baik. 

Karena itu, penting untuk menggunakan strategi yang dapat membantu fokus, seperti mencatat poin-poin penting atau memberikan tanda pada informasi yang relevan. 

Memberi tanda pada buku dengan tulisan atau catatan adalah cara yang efektif untuk menjaga perhatian tetap pada materi.

Teknik Membuat Catatan
 

Mencatat atau memberi tanda pada bacaan terbukti efektif dalam menjaga perhatian tetap pada materi. Dengan cara ini, otak terus terlibat secara aktif, sehingga kecil kemungkinan untuk zoning out. 

Teknik ini tidak hanya membantu memperkuat ingatan tetapi juga memudahkan proses mengulas kembali materi yang telah dipelajari.

Membaca dengan Rileks sebagai Solusi

Salah satu cara yang efektif untuk mengatasi zoning out adalah dengan membaca secara rileks. 

Membaca dalam suasana santai, misalnya di tempat yang nyaman atau sambil menikmati secangkir teh, dapat mengurangi tekanan dan meningkatkan konsentrasi. 

Suasana yang tenang membantu otak untuk lebih terfokus pada bacaan, sehingga mengurangi kemungkinan melamun.

Istirahat untuk Mengatasi Kelelahan 

Kelelahan ekstrem sering kali menjadi pemicu zoning out. Untuk itu, istirahat yang cukup sangat penting agar otak dan tubuh tetap terjaga dan mampu berkonsentrasi penuh. 

Dengan beristirahat secara teratur, tubuh memperoleh kesempatan untuk memulihkan energi, sehingga mengurangi risiko melamun atau hilang fokus. 

Dengan menjaga kesehatan mental dan fisik, menerapkan teknik fokus seperti mencatat, serta membaca dengan rileks, kita dapat mengurangi frekuensi zoning out dan tetap produktif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun