Para ekonom, termasuk Hosianna Evalita Situmorang, menyoroti bahwa ketergantungan Indonesia pada tiga sektor utama—pertanian, pengolahan, dan perdagangan—membuat perekonomian rentan terhadap fluktuasi.Â
Ketika salah satu sektor mengalami penurunan, dampaknya akan dirasakan oleh masyarakat yang bergantung pada sektor tersebut.
Kondisi ini diperburuk dengan tingginya suku bunga, yang membuat biaya pinjaman semakin mahal. Â Banyak pelaku usaha kecil terpaksa menunda ekspansi atau bahkan menutup usaha mereka.Â
Akibatnya, banyak yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), yang tidak hanya merugikan individu tetapi juga menambah beban ekonomi keluarga.Â
Data dari Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) mencatat jumlah pekerja yang terkena PHK dari Januari hingga Agustus 2024 mencapai 190.639 pekerja, naik 27,75% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 2023, yang hanya mencatat 149.227 pekerja.Â
Dampak pada Pendidikan Anak
Pendidikan anak-anak juga tidak luput dari dampak krisis ekonomi ini. Banyak keluarga yang terpaksa menarik anak-anak mereka dari sekolah karena kesulitan keuangan.Â
Padahal, pendidikan adalah salah satu kunci untuk keluar dari jeratan kemiskinan.Â
Jika hal ini terus berlanjut, Indonesia akan menghadapi tantangan besar dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas di masa depan.
Selain itu, tingginya tingkat utang juga menjadi masalah yang mengkhawatirkan. Banyak keluarga yang terpaksa meminjam uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.Â
Hutang yang menumpuk dapat menciptakan lingkaran setan, di mana mereka terjebak dalam kesulitan keuangan tanpa jalan keluar.