Tanpa popularitas, ide-ide cemerlang dan kebijakan yang baik tidak akan diimplementasikan secara efektif.Â
Elektabilitas membantu seorang pemimpin untuk menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat, merangkul berbagai lapisan, dan menyampaikan visinya secara jelas dan menginspirasi.
Di tengah persaingan politik yang semakin kompetitif, tantangan besar bagi calon pemimpin adalah bagaimana mereka dapat membangun citra yang tidak hanya populer tetapi juga kredibel dan berintegritas.Â
Kredibilitas seorang pemimpin tidak dapat dibangun hanya melalui popularitas, tetapi juga melalui rekam jejak intelektual dan kapabilitas dalam memimpin.Â
Mantan Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill, pernah berkata, "The price of greatness is responsibility."Â
Ini menegaskan bahwa seorang pemimpin tidak hanya perlu populer tetapi juga bertanggung jawab atas kebijakan yang mereka buat, dengan dasar intelektual yang kuat.
Lebih jauh, intelektualitas juga memungkinkan pemimpin untuk beradaptasi dengan perubahan global yang semakin cepat.Â
Di era globalisasi dan revolusi digital, isu-isu seperti ekonomi digital, perubahan iklim, politik internasional, dan ketahanan pangan menuntut pemahaman yang mendalam dan kemampuan beradaptasi dengan cepat.Â
Pemimpin yang intelektual mampu mengikuti perkembangan ini dan merumuskan kebijakan yang relevan dan inovatif, sehingga negara tetap kompetitif di kancah global.
Selain itu, intelektualitas dalam kepemimpinan juga berkaitan erat dengan integritas moral dan etika. Pemimpin yang intelektual cenderung memiliki prinsip yang kuat dan etika yang baik dalam menjalankan kekuasaannya.Â
Mereka lebih cenderung mengambil keputusan yang didasarkan pada kebenaran dan keadilan, daripada hanya mengikuti arus atau kepentingan politik jangka pendek.Â