Jika Arjuna mundur, masyarakat akan menganggapnya pengecut, dan kehormatan yang dimilikinya sebagai ksatria akan hilang. Ini adalah pelajaran penting tentang bagaimana tindakan seseorang menentukan citranya di mata orang lain.
Selanjutnya, Kresna menjelaskan bahwa dalam pertempuran, semua hubungan menjadi kabur. Tidak ada lagi perbedaan antara guru dan murid; yang ada hanyalah musuh dan teman.Â
Arjuna harus bersiap untuk menghadapi siapa pun yang berusaha menghalangi kebenaran, termasuk orang-orang terdekatnya. Ini adalah pengingat keras tentang sifat kompleks dari perang dan loyalitas.
Ketika Kresna menjelaskan bahwa seorang ksatria yang gugur di medan perang akan diingat sebagai pahlawan, Arjuna mulai merenung.Â
Kehormatan dan nama baik yang akan ditinggalkan sangat penting. Dalam konteks ini, Arjuna tidak hanya berjuang untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk generasi mendatang. Ini adalah warisan yang akan dikenang sepanjang sejarah.
Satu per satu, nasihat Kresna mulai meresap ke dalam hati Arjuna. Ia menyadari bahwa keberanian sejati tidak berarti tanpa rasa takut, melainkan kemampuan untuk bertindak meskipun ada ketakutan.Â
Dengan pemahaman ini, Arjuna mulai bangkit, mempersiapkan dirinya untuk menghadapi tantangan yang ada di depannya.
Di saat itu, Arjuna menyadari bahwa ia tidak bisa terus menerus terjebak dalam keraguan. Keputusan yang harus diambilnya bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk rakyatnya yang mengandalkan kepemimpinannya.Â
Kresna berfungsi sebagai panduan yang membantu Arjuna menemukan makna sebenarnya dari keberanian dan tanggung jawab.
Akhirnya, Arjuna mengambil keputusan untuk maju ke medan perang. Dalam hatinya, ia merasakan kekuatan baru, semangat untuk bertindak sesuai dengan kewajibannya sebagai ksatria.Â
Dengan keyakinan ini, ia bersiap untuk menghadapi Eyang Bisma dan Drona, bukan sebagai musuh, tetapi sebagai bagian dari pertempuran yang lebih besar untuk keadilan.