Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Iptek, dan Pendidikan, Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

'Batin' Sebagai Medan Pertempuran Arjuna, Keadilan vs Kebatilan

10 Oktober 2024   17:56 Diperbarui: 10 Oktober 2024   21:43 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Arjuna/ https://bobo.grid.id

Di tengah medan perang Kurukshetra, Arjuna berdiri dalam keraguan yang mendalam. Dia melihat ke arah barisan musuh, di mana Eyang Bisma dan Drona, dua sosok yang sangat dihormatinya, berdiri di depan. 

Dalam hatinya, Arjuna bergelut dengan konflik moral yang tak terbayangkan. Perasaannya terombang-ambing antara kewajiban sebagai ksatria dan cinta yang mendalam kepada keluarganya.

Saat kereta Arjuna ditarik oleh Kresna, sosok yang bijaksana dan berpengalaman, ia mulai meragukan niatnya untuk berperang. "Bagaimana aku bisa melawan orang-orang yang telah mendidikku?" pikirnya. 

Kegalauan ini semakin dalam ketika Arjuna mengingat hubungan emosional yang ia miliki dengan para lawan yang kini berdiri di hadapannya.

Dengan penuh ketegangan, Arjuna mengungkapkan keraguannya kepada Kresna. Ia meminta agar perang dihentikan, menganggap tidak ada nilai dalam meraih kemenangan yang akan mengakibatkan kematian orang-orang tercintanya. 

Di titik ini, Arjuna melemparkan busur dan panahnya, menandakan penolakannya untuk bertarung.

Kresna, yang memahami kedalaman perasaan Arjuna, mulai memberikan nasihat yang penting. Ia mengingatkan Arjuna bahwa pandangannya adalah pandangan seorang brahmana, yang lebih mementingkan kebijaksanaan dan kedamaian. 

Namun, seorang ksatria memiliki tanggung jawab yang berbeda, yang tak boleh diabaikan. "Tugasmu adalah untuk bertindak demi kebenaran," kata Kresna tegas.

Arjuna perlu memahami bahwa keengganan untuk bertindak bukanlah bentuk kebajikan, tetapi pengkhianatan terhadap dharma-nya sebagai ksatria. 

Kresna menjelaskan bahwa dunia ini tidak selalu hitam dan putih; terkadang, keputusan sulit harus diambil demi mencapai keadilan. Dalam hal ini, Arjuna harus bangkit dan memenuhi tugasnya.

Kresna melanjutkan dengan menekankan pentingnya keberanian. "Mati di medan perang adalah hal yang lebih terhormat daripada meninggalkan pertempuran," tegasnya. 

Jika Arjuna mundur, masyarakat akan menganggapnya pengecut, dan kehormatan yang dimilikinya sebagai ksatria akan hilang. Ini adalah pelajaran penting tentang bagaimana tindakan seseorang menentukan citranya di mata orang lain.

Ilustrsasi : Kresna/ https://www.deviantart.com
Ilustrsasi : Kresna/ https://www.deviantart.com
Selanjutnya, Kresna menjelaskan bahwa dalam pertempuran, semua hubungan menjadi kabur. Tidak ada lagi perbedaan antara guru dan murid; yang ada hanyalah musuh dan teman. 

Arjuna harus bersiap untuk menghadapi siapa pun yang berusaha menghalangi kebenaran, termasuk orang-orang terdekatnya. Ini adalah pengingat keras tentang sifat kompleks dari perang dan loyalitas.

Ketika Kresna menjelaskan bahwa seorang ksatria yang gugur di medan perang akan diingat sebagai pahlawan, Arjuna mulai merenung. 

Kehormatan dan nama baik yang akan ditinggalkan sangat penting. Dalam konteks ini, Arjuna tidak hanya berjuang untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk generasi mendatang. Ini adalah warisan yang akan dikenang sepanjang sejarah.

Satu per satu, nasihat Kresna mulai meresap ke dalam hati Arjuna. Ia menyadari bahwa keberanian sejati tidak berarti tanpa rasa takut, melainkan kemampuan untuk bertindak meskipun ada ketakutan. 

Dengan pemahaman ini, Arjuna mulai bangkit, mempersiapkan dirinya untuk menghadapi tantangan yang ada di depannya.

Di saat itu, Arjuna menyadari bahwa ia tidak bisa terus menerus terjebak dalam keraguan. Keputusan yang harus diambilnya bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk rakyatnya yang mengandalkan kepemimpinannya. 

Kresna berfungsi sebagai panduan yang membantu Arjuna menemukan makna sebenarnya dari keberanian dan tanggung jawab.

Akhirnya, Arjuna mengambil keputusan untuk maju ke medan perang. Dalam hatinya, ia merasakan kekuatan baru, semangat untuk bertindak sesuai dengan kewajibannya sebagai ksatria. 

Dengan keyakinan ini, ia bersiap untuk menghadapi Eyang Bisma dan Drona, bukan sebagai musuh, tetapi sebagai bagian dari pertempuran yang lebih besar untuk keadilan.

Pertarungan batin yang dialami Arjuna bukan hanya tentang peperangan fisik, tetapi juga tentang pertumbuhan pribadi dan spiritual. 

Dalam perjalanan ini, ia belajar untuk mengatasi rasa takut dan keraguan, memahami bahwa tindakan yang benar adalah hal yang paling penting. 

Dengan tekad yang bulat, Arjuna melangkah maju, siap untuk menghadapi tantangan yang menantinya di medan perang.

Dalam perjalanan menuju keberanian, Arjuna menjadi simbol bagi banyak orang yang menghadapi dilema moral dalam hidup mereka. 

Keberanian untuk menjalankan kewajiban, meskipun dalam keadaan sulit, adalah pelajaran berharga yang dapat diterapkan di berbagai aspek kehidupan. 

Dengan melangkah maju, Arjuna tidak hanya melindungi kehormatan dirinya, tetapi juga menciptakan warisan yang akan diingat sepanjang sejarah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun