doom spending" mulai mencuri perhatian, terutama di kalangan milenial dan Gen-Z di Indonesia.Â
Dalam beberapa waktu terakhir, fenomena "Istilah ini merujuk pada perilaku belanja impulsif yang dilakukan sebagai bentuk pelarian dari stres dan ketidakpastian ekonomi.Â
Dengan kondisi perekonomian yang tidak menentu, banyak generasi muda merasa terjebak dalam siklus pesimisme mengenai masa depan mereka.
Respons Terhadap Tekanan Hidup
Doom spending muncul sebagai respons terhadap tekanan hidup yang meningkat. Ketika banyak orang merasa tidak memiliki kendali atas keadaan ekonomi, mereka beralih ke belanja sebagai cara untuk meredakan stres.Â
Tindakan ini sering kali tidak diiringi dengan pertimbangan matang, sehingga bisa berujung pada pemborosan dan masalah keuangan jangka panjang.
Faktor Penyebab Doom Spending
Beberapa faktor berkontribusi terhadap tren ini. Pertama, ketidakpastian ekonomi global yang dipicu oleh pandemi dan konflik internasional menyebabkan banyak orang merasa cemas.Â
Situasi ini memperburuk rasa tidak aman yang sudah ada, sehingga memicu perilaku konsumtif yang berlebihan.
Pengaruh Media Sosial
Pengaruh media sosial juga memainkan peran penting dalam fenomena ini. Gaya hidup konsumtif sering dipamerkan di platform-platform populer, di mana banyak orang merasa terdorong untuk mengikuti tren tersebut.Â
Hal ini menciptakan tekanan sosial yang membuat individu merasa perlu untuk berbelanja agar dianggap berhasil.
Cara Berbelanja di Kalangan Milenial dan Gen-Z