Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Doom Spending: Tren Baru yang Beresiko di Kalangan Milenial dan Gen -Z

29 September 2024   09:35 Diperbarui: 29 September 2024   12:54 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam beberapa waktu terakhir, fenomena "doom spending" mulai mencuri perhatian, terutama di kalangan milenial dan Gen-Z di Indonesia. 

Istilah ini merujuk pada perilaku belanja impulsif yang dilakukan sebagai bentuk pelarian dari stres dan ketidakpastian ekonomi. 

Dengan kondisi perekonomian yang tidak menentu, banyak generasi muda merasa terjebak dalam siklus pesimisme mengenai masa depan mereka.

Respons Terhadap Tekanan Hidup

Doom spending muncul sebagai respons terhadap tekanan hidup yang meningkat. Ketika banyak orang merasa tidak memiliki kendali atas keadaan ekonomi, mereka beralih ke belanja sebagai cara untuk meredakan stres. 

Tindakan ini sering kali tidak diiringi dengan pertimbangan matang, sehingga bisa berujung pada pemborosan dan masalah keuangan jangka panjang.

Faktor Penyebab Doom Spending

Beberapa faktor berkontribusi terhadap tren ini. Pertama, ketidakpastian ekonomi global yang dipicu oleh pandemi dan konflik internasional menyebabkan banyak orang merasa cemas. 

Situasi ini memperburuk rasa tidak aman yang sudah ada, sehingga memicu perilaku konsumtif yang berlebihan.

Pengaruh Media Sosial

Pengaruh media sosial juga memainkan peran penting dalam fenomena ini. Gaya hidup konsumtif sering dipamerkan di platform-platform populer, di mana banyak orang merasa terdorong untuk mengikuti tren tersebut. 

Hal ini menciptakan tekanan sosial yang membuat individu merasa perlu untuk berbelanja agar dianggap berhasil.

Cara Berbelanja di Kalangan Milenial dan Gen-Z

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun