Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Akademisi

Berminat Dalam Bidang Sosial, Iptek, dan Pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kebohongan di Balik Topeng Kebaikan, Manipulasi dan Ketidakadilan dalam Organisasi

17 September 2024   15:00 Diperbarui: 17 September 2024   15:33 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sebuah organisasi, kita sering kali menemui individu yang tampak baik, netral, dan penuh perhatian di permukaan. 

Mereka mungkin dikenal sebagai orang yang tenang, selalu tersenyum, dan tampak membantu orang lain. 

Namun, di balik topeng kebaikan tersebut, terdapat niat tersembunyi yang penuh manipulasi dan ketidakadilan. 

Orang-orang seperti ini tidak ragu untuk memperlakukan orang lemah dengan semena-mena. 

Mereka ikut terlibat dalam kendali organisasi yang tidak sehat, dan membantu pemimpin yang korup untuk menjaga cengkeramannya atas organisasi.

Fenomena ini menggambarkan betapa pentingnya kewaspadaan dalam melihat karakter seseorang di luar permukaannya saja. Dalam konteks kepemimpinan dan pengelolaan organisasi, orang seperti ini bisa menjadi ancaman nyata bagi integritas organisasi. 

Mereka memanfaatkan citra diri yang positif sebagai tameng untuk menutupi niat jahat mereka, yang pada akhirnya mengorbankan banyak orang.

Karakter Manipulatif di Balik "Kebaikan"

Individu yang pura-pura baik biasanya sangat pandai dalam membaca situasi. 

Mereka berusaha menampilkan diri sebagai sosok yang bisa dipercaya dan netral, sering kali membangun reputasi sebagai penengah konflik atau pemberi saran bijak. 

Tetapi sebenarnya, niat mereka adalah untuk mengendalikan orang-orang di sekitar mereka demi kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Mereka bersikap ramah kepada orang-orang yang berpengaruh atau memiliki kekuatan di organisasi. 

Di sisi lain, mereka dengan mudah meremehkan dan menindas mereka yang dianggap lemah atau tidak penting.

Salah satu ciri utama dari individu ini adalah mereka selalu berada di dekat pemimpin, memberikan dukungan penuh terhadap setiap keputusan yang diambil. Mereka seperti tangan kanan pemimpin, memperkuat cengkeraman pemimpin tersebut atas organisasi. Bagi mereka, keberpihakan kepada yang kuat adalah jalan untuk menjaga posisi dan mendapatkan keuntungan.

Ketidakadilan yang Menimpa Banyak Orang

Akibat dari keberadaan orang seperti ini di dalam organisasi sangat besar. 

Mereka tidak hanya ikut mendukung kebijakan yang tidak adil, tetapi sering kali juga menjadi alat untuk menindas karyawan atau anggota organisasi yang lebih lemah. 

Orang-orang yang tidak memiliki kekuatan atau pengaruh dalam organisasi menjadi korban ketidakadilan dan ketidakpedulian. Mereka mungkin diperlakukan dengan semena-mena, diberi tugas yang tidak adil, atau dijauhkan dari peluang untuk berkembang.

Orang yang berpura-pura baik ini sering kali memutarbalikkan fakta dan menyembunyikan ketidakadilan yang mereka lakukan di balik narasi yang mereka ciptakan. 

Mereka akan berbicara tentang "keadilan" dan "kesetaraan," tetapi hanya dalam teori, bukan dalam praktik. Di bawah kendali mereka, organisasi mungkin tampak baik dari luar, tetapi di dalamnya, terjadi penindasan dan ketidakadilan yang menyakitkan.

Dampak Jangka Panjang

Keberadaan orang seperti ini dalam organisasi menimbulkan kerusakan jangka panjang. Kepercayaan antar anggota organisasi mulai terkikis, dan lingkungan kerja menjadi toksik. 

Orang-orang yang kompeten tetapi tidak memiliki kekuatan politik mungkin mulai keluar dari organisasi karena tidak tahan dengan ketidakadilan yang mereka alami. 

Selain itu, produktivitas dan moral tim menurun karena mereka merasa tidak didukung atau diakui dengan adil. Ketidakadilan yang terus berlangsung ini juga memicu penurunan kredibilitas organisasi di mata masyarakat atau pihak luar. Ketika organisasi kehilangan integritas, sulit bagi mereka untuk berkembang atau bahkan bertahan di tengah persaingan yang ketat.

Menanggapi Ketidakadilan

Sebagai anggota organisasi, penting untuk mewaspadai tanda-tanda manipulasi dan kebohongan yang mungkin terselubung di balik sikap "baik" seseorang. 

Organisasi yang sehat membutuhkan transparansi, keadilan, dan sikap saling menghormati. 

Jika ada tanda-tanda bahwa seseorang sedang memanfaatkan posisinya untuk menindas orang lain, penting bagi anggota organisasi untuk bersuara dan mengungkap ketidakadilan tersebut.

Selain itu, pemimpin organisasi harus berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang adil dan transparan, serta tidak terpengaruh oleh individu-individu yang hanya mencari keuntungan pribadi. Dalam jangka panjang, hanya organisasi yang mempraktikkan integritas dan keadilan yang akan bertahan dan terus berkembang.

Penutup

Kebaikan yang palsu dan manipulatif dalam organisasi hanyalah kebohongan yang pada akhirnya akan terbongkar. 

Orang-orang yang secara diam-diam menindas dan membantu memelihara ketidakadilan hanya akan memperburuk kondisi organisasi dan menyebabkan lebih banyak kerusakan di masa depan. 

Kewaspadaan, keberanian untuk berbicara, dan komitmen terhadap keadilan adalah kunci untuk mencegah ketidakadilan seperti ini berlanjut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun