Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Akademisi

Berminat Dalam Bidang Sosial, Iptek, dan Pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pak Ahmad Penjulan Mainan Tradisional: Menjaga Warisan Budaya di Tengah Gempuran Teknologi

12 September 2024   19:01 Diperbarui: 12 September 2024   19:10 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Ahmad Penjual Mainan Tradisional/dok.pri

Di tengah arus kemajuan teknologi yang begitu pesat, anak-anak masa kini cenderung lebih akrab dengan gadget ketimbang alat permainan tradisional. Permainan digital yang menawarkan grafis canggih dan interaksi virtual kini mendominasi waktu luang anak-anak.

Namun, sore ini, saat saya berjalan-jalan di Lapangan Pancasila Salatiga, ada pemandangan yang mengingatkan saya pada masa lalu, ketika mainan tradisional masih menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari anak-anak. Saya duduk di trotoar sebelah timur dan bertemu dengan seorang pedagang asongan bernama Pak Ahmad, yang menjual aneka mainan tradisional dari bambu.

Menjaga Warisan Mainan Tradisional

Pak Ahmad, pria yang berasal dari Trucuk, Klaten, Jawa Tengah, adalah salah satu dari sedikit orang yang masih berusaha mempertahankan eksistensi mainan tradisional. Ia membawa berbagai macam mainan dari bambu, seperti seruling, gangsingan, othok-othok, dan sempritan.

Mainan-mainan ini dijual dengan harga yang sangat terjangkau, mulai dari lima ribu hingga empat puluh ribu rupiah. Saya pun tertarik membeli sebuah peluit bambu seharga lima ribu rupiah sebagai kenang-kenangan dan bentuk apresiasi atas usaha Pak Ahmad.

Mengenang Masa Kecil

Dalam percakapan kami, Pak Ahmad menceritakan bahwa mainan-mainan tersebut ia peroleh dari pasar di Yogyakarta, yang kemudian dipasarkan di Salatiga. Meski sederhana, mainan tradisional ini dibuat dengan sangat hati-hati, menggunakan bambu wulung yang dihias dengan lukisan-lukisan yang menarik.

Tak hanya sebagai mainan, produk-produk ini juga kerap dijadikan suvenir oleh para pengunjung. Meski zaman berubah, mainan-mainan ini masih memiliki daya tarik tersendiri, terutama bagi mereka yang ingin mengenang masa kecil atau menghadiahkan mainan yang unik kepada anak-anak mereka.

Simbol Kesederhanaan

Fenomena ini menimbulkan refleksi mendalam tentang bagaimana kemajuan teknologi telah mempengaruhi cara anak-anak bermain. Mainan tradisional yang dulunya menjadi pusat kebahagiaan kini tergeser oleh kehadiran gadget.

Namun, di tengah gempuran teknologi, kehadiran pedagang seperti Pak Ahmad mengingatkan kita akan nilai-nilai sederhana yang terkandung dalam mainan bambu, yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai penghubung dengan kearifan lokal dan budaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun