Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Koalisi PDIP dan PKS dalam Pilkada 2024: Fenomena Politik Baru

31 Agustus 2024   01:17 Diperbarui: 31 Agustus 2024   09:09 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di berbagai daerah di Indonesia menampilkan dinamika politik yang menarik, terutama dengan munculnya koalisi antara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). 

Koalisi antara kedua partai yang secara ideologis berbeda ini telah menciptakan kejutan di beberapa daerah.  

Kekuatan Politik Dinamis

Koalisi di Jawa Tengah 

Di Kabupaten Boyolali di mana pasangan bakal calon bupati-wakil bupati, Marsono-Saifulhaq Mayyazi, resmi mendaftar ke KPU Boyolali.

Marsono, yang diusung oleh PDIP, dan Saifulhaq Mayyazi, yang mendapat dukungan dari PKS, dianggap sebagai pasangan yang mampu menggabungkan kekuatan politik nasionalis dan Islamis.

Mereka berharap dapat menarik basis pemilih yang lebih luas, tidak hanya dari pendukung tradisional masing-masing partai, tetapi juga dari kalangan pemilih yang sebelumnya mungkin skeptis terhadap kedua partai ini.

Di Kota Salatiga, PDIP dan PKS kembali bersatu dengan mengusung Sinoeng N Rachmadi sebagai calon wali kota dan Budi Santoso sebagai calon wakil wali kota. 

Sinoeng merupakan figur yang dikenal dengan visi pembangunan yang progresif, sementara Budi Santoso, kader PKS, membawa pengalaman sebagai politisi.

Kombinasi ini diharapkan mampu menjawab tantangan-tantangan pembangunan di Salatiga yang semakin kompleks.

Koalisi Calon Bupati di Yogyakarta

Sementara itu, di Kabupaten Kulonprogo, Novida Kartika Hadi, seorang anggota DPRD DIY dari PDIP, diusung sebagai calon bupati. 

Pasangan Novida, Rini Indriani, yang diusung oleh PKS, dianggap sebagai pilihan strategis untuk menarik pemilih di wilayah yang memiliki komposisi pemilih tradisional dan religius.

Tak hanya itu, sejarah baru juga tercipta di Kabupaten Bantul, di mana PKS dan PDIP mengusung pasangan calon Joko Budi Purnomo dan Rony Wijaya Indra Gunawan. 

Joko-Rony bertekad untuk membawa Bantul ke arah yang lebih maju dengan fokus pada pemberdayaan ekonomi lokal dan peningkatan kualitas layanan publik.

Di Kabupaten Sleman, koalisi besar yang melibatkan PDIP, PKS, dan partai-partai lainnya seperti Gerindra, Golkar, NasDem, dan PPP mendukung pasangan Harda-Danang. 

Menurut Koeswanto, Ketua Koalisi Sleman Baru, pasangan ini mendapat dukungan besar karena dianggap mampu menyatukan berbagai kekuatan politik di Sleman. 

Ideologi dan Peluang Kolaborasi

Koalisi antara PDIP dan PKS di berbagai daerah ini tidak hanya menunjukkan fleksibilitas politik kedua partai, tetapi juga membuka peluang baru dalam peta politik Indonesia. 

Di tengah perbedaan ideologi yang mencolok, kedua partai ini tampaknya sepakat bahwa kepentingan lokal dan kebutuhan masyarakat harus menjadi prioritas utama. 

Dengan menggabungkan kekuatan, PDIP dan PKS berharap dapat menciptakan pemerintahan daerah yang lebih stabil dan inklusif.

Di beberapa wilayah, kader-kader PKS yang lebih konservatif mungkin merasa sulit menerima kerja sama dengan PDIP, yang sering mereka kritik sebagai partai yang tidak pro-agama. 

Demikian pula, beberapa kader PDIP mungkin keberatan dengan kebijakan-kebijakan PKS yang cenderung menonjolkan aspek-aspek keagamaan.

Meskipun demikian, para pengamat politik melihat koalisi PDIP-PKS ini sebagai eksperimen politik yang menarik. Jika berhasil, koalisi ini bisa menjadi model bagi kerjasama lintas ideologi di masa depan.

Kebijakan Politik  

Para calon dari koalisi ini juga dituntut untuk bisa menjaga keseimbangan antara kebijakan populis yang menarik bagi pemilih nasionalis dan kebijakan religius yang disukai pemilih Islamis. 

Hal ini membutuhkan kecerdasan politik dan kemampuan komunikasi yang baik dari kedua belah pihak.

Di tengah persaingan Pilkada yang semakin ketat, koalisi PDIP dan PKS akan diuji oleh berbagai faktor, termasuk dinamika politik lokal, kekuatan lawan, dan respons pemilih terhadap aliansi ini. 

Peluang Merebut Hati Rakyat

Keberhasilan koalisi ini dalam memenangkan Pilkada di berbagai daerah akan memberikan dampak signifikan bagi peta politik nasional.

Jika koalisi ini berhasil di tingkat lokal, tidak menutup kemungkinan akan ada kerjasama yang lebih erat antara PDIP dan PKS di pemilihan nasional mendatang.

Dengan semua dinamika ini, Pilkada 2024 bukan hanya tentang pemilihan kepala daerah, tetapi juga tentang bagaimana partai-partai politik di Indonesia bisa beradaptasi dan bereksperimen dengan strategi baru untuk memenangkan hati rakyat.

Waktu akan membuktikan apakah koalisi ini akan menjadi langkah cerdas yang memperkuat posisi kedua partai di peta politik nasional.  

Namun, satu hal yang pasti, koalisi PDIP dan PKS dalam Pilkada 2024 telah menambahkan babak baru dalam sejarah politik Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun