Mohon tunggu...
Obed
Obed Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Tukang tulis

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Koalisi PDIP dan PKS dalam Pilkada 2024: Fenomena Politik Baru

31 Agustus 2024   01:17 Diperbarui: 31 Agustus 2024   07:11 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara itu, di Kabupaten Kulonprogo, Novida Kartika Hadi, seorang anggota DPRD DIY dari PDIP, diusung sebagai calon bupati. 

Pasangan Novida, Rini Indriani, yang diusung oleh PKS, dianggap sebagai pilihan strategis untuk menarik pemilih di wilayah yang memiliki komposisi pemilih tradisional dan religius.

Tak hanya itu, sejarah baru juga tercipta di Kabupaten Bantul, di mana PKS dan PDIP mengusung pasangan calon Joko Budi Purnomo dan Rony Wijaya Indra Gunawan. 

Joko-Rony bertekad untuk membawa Bantul ke arah yang lebih maju dengan fokus pada pemberdayaan ekonomi lokal dan peningkatan kualitas layanan publik.

Di Kabupaten Sleman, koalisi besar yang melibatkan PDIP, PKS, dan partai-partai lainnya seperti Gerindra, Golkar, NasDem, dan PPP mendukung pasangan Harda-Danang. 

Menurut Koeswanto, Ketua Koalisi Sleman Baru, pasangan ini mendapat dukungan besar karena dianggap mampu menyatukan berbagai kekuatan politik di Sleman. 

Ideologi dan Peluang Kolaborasi

Koalisi antara PDIP dan PKS di berbagai daerah ini tidak hanya menunjukkan fleksibilitas politik kedua partai, tetapi juga membuka peluang baru dalam peta politik Indonesia. 

Di tengah perbedaan ideologi yang mencolok, kedua partai ini tampaknya sepakat bahwa kepentingan lokal dan kebutuhan masyarakat harus menjadi prioritas utama. 

Dengan menggabungkan kekuatan, PDIP dan PKS berharap dapat menciptakan pemerintahan daerah yang lebih stabil dan inklusif.

Di beberapa wilayah, kader-kader PKS yang lebih konservatif mungkin merasa sulit menerima kerja sama dengan PDIP, yang sering mereka kritik sebagai partai yang tidak pro-agama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun