Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Konektivitas Spiritual Melalui Doa

24 Agustus 2024   23:21 Diperbarui: 25 Agustus 2024   06:31 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tangan Doa/pixabay.com

Saya kembali mengingat sosok Pdt. Surya Kusuma, gembala sidang GPIAI Efata Salatiga pada masa Covid-19, terutama di puncaknya pada tahun 2020 dan 2021. Saya hanya akan membahas tentang doa yang menjadi kenangan saya pada masa itu.Masa Sulit Saat Covid-19 Melanda

Saya masih ingat ketika pandemi Covid-19 terjadi, tempat ibadah dilarang menyelenggarakan ibadah, termasuk di gedung gereja. Kondisi ini memaksa jemaat beribadah secara online dan gereja menjadi sepi. 

Namun, sebagai tenaga pelayan di gereja, saya tetap berkantor setiap hari. Di tengah situasi ini, Pdt. Surya Kusuma bersama istri, Ibu Nella Sachli, selalu datang ke gereja sekitar pukul 9 pagi diantar oleh sopir, Pak Yanto. 

Mereka mengajak kami untuk berdoa, meskipun masa itu sangat sulit bagi banyak orang dan jemaat yang mengalami kesulitan dalam beribadah dan pekerjaan.

Doa Gembala Sebagai Wujud Tanggungjawab

Sebagai seorang gembala, beban yang harus ditanggung adalah memastikan jemaat tetap dalam keadaan baik dan terlindungi. Ketakutan akan bahaya Covid-19 sangat besar, termasuk ancaman terhadap keselamatan nyawa. 

Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa di tengah situasi ini, Pak Gembala datang ke gereja dan mendoakan jemaatnya dengan harapan Covid-19 segera berlalu dan jemaat tetap sehat serta dapat berkarya.

Pdt. Surya juga meminta saya untuk mengirimkan renungan setiap pagi, sehingga saya mencari bahan renungan, menjadikannya audio, dan mengirimkannya ke grup jemaat.

Teladankan Doa kepada Semua

Pdt. Surya banyak menekankan kehidupan iman dan doa kepada para mahasiswa di STT Efata serta jemaat di GPIAI Efata. Melalui berbagai komisi dan persekutuan gereja yang dibentuknya, beliau berusaha membangun komunitas yang saling mendukung dan berdoa bersama.

Pdt. Surja Kusuma dan Pdt. Nella Sachli/ dok.pri.
Pdt. Surja Kusuma dan Pdt. Nella Sachli/ dok.pri.
Hal Ini menunjukkan bahwa membangun komunitas iman yang kuat memerlukan usaha dan dedikasi yang berkelanjutan.

Perhatian terhadap aspek spiritual dalam pelayanan sangat penting, terutama ketika jemaat menghadapi kesulitan. Pak Surya tidak hanya fokus pada aspek ritual ibadah gereja tetapi juga mengutamakan aspek spiritual, yang menunjukkan keseimbangan yang baik dalam kepemimpinan gereja. 

Kepemimpinan Doa 

Dalam konteks ini, Pdt. Surya menunjukkan bahwa doa dan dukungan spiritual tetap menjadi landasan penting. Meskipun kondisi eksternal bisa berubah, komitmen terhadap kehidupan iman dan doa tetap relevan, memberikan kekuatan dan harapan kepada semua orang yang mengalaminya.

Ini menunjukkan pentingnya memiliki pemimpin spiritual yang tidak hanya berperan sebagai pengatur kegiatan gereja tetapi juga sebagai sumber inspirasi dan dukungan.

Pengalaman pribadi saya dalam mencari bahan renungan dan mengirimkannya sebagai audio juga menambah pemahaman tentang bagaimana doa dan renungan bisa menjadi penghiburan. 

Hal ini mengingatkan kita bahwa dalam kekacauan, kesulutan, maka struktur spiritual dan kegiatan kecil seperti renungan tetap memiliki dampak besar. 

Berdoa adalah sarana penting dalam pelayanan, seperti ajaran Yesus dalam Matius 14:23, di mana Yesus, di tengah kesibukan pelayanannya, menyendiri untuk berdoa.

Melihat dari sudut pandang ini, pelayanan Pdt. Surya Kusuma adalah contoh yang patut diikuti oleh para pemimpin gereja lainnya.

Doa Mewujudkan Koneksi Responsif

Keterlibatannya dalam doa dan upaya untuk menjaga keterhubungan spiritual jemaat menunjukkan bahwa kepemimpinan gereja dapat dan harus melampaui batas-batas fisik gereja itu sendiri.

Ini memberi kita pelajaran tentang pentingnya kepemimpinan yang empatik dan responsif terhadap kebutuhan jemaat.

Dalam perenungan saya, saya menyadari bahwa di situasi yang tidak menentu dan penuh ancaman, kita harus berdoa. 

Doa yang sederhana dari orang sederhana sekalipun sama dan lebih berharganya bila dinaikkan dengan penyerahan diri total kepada Allah.

Meski dunia mengalami ketidakpastian dan kesulitan, komitmen terhadap kehidupan iman dan doa menjadi sumber kekuatan dan harapan. Ini adalah pesan yang relevan untuk semua orang, terutama ketika menghadapi tantangan besar seperti pandemi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun