Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Konektivitas Spiritual Melalui Doa

24 Agustus 2024   23:21 Diperbarui: 25 Agustus 2024   06:31 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tangan Doa/pixabay.com

Perhatian terhadap aspek spiritual dalam pelayanan sangat penting, terutama ketika jemaat menghadapi kesulitan. Pak Surya tidak hanya fokus pada aspek ritual ibadah gereja tetapi juga mengutamakan aspek spiritual, yang menunjukkan keseimbangan yang baik dalam kepemimpinan gereja. 

Kepemimpinan Doa 

Dalam konteks ini, Pdt. Surya menunjukkan bahwa doa dan dukungan spiritual tetap menjadi landasan penting. Meskipun kondisi eksternal bisa berubah, komitmen terhadap kehidupan iman dan doa tetap relevan, memberikan kekuatan dan harapan kepada semua orang yang mengalaminya.

Ini menunjukkan pentingnya memiliki pemimpin spiritual yang tidak hanya berperan sebagai pengatur kegiatan gereja tetapi juga sebagai sumber inspirasi dan dukungan.

Pengalaman pribadi saya dalam mencari bahan renungan dan mengirimkannya sebagai audio juga menambah pemahaman tentang bagaimana doa dan renungan bisa menjadi penghiburan. 

Hal ini mengingatkan kita bahwa dalam kekacauan, kesulutan, maka struktur spiritual dan kegiatan kecil seperti renungan tetap memiliki dampak besar. 

Berdoa adalah sarana penting dalam pelayanan, seperti ajaran Yesus dalam Matius 14:23, di mana Yesus, di tengah kesibukan pelayanannya, menyendiri untuk berdoa.

Melihat dari sudut pandang ini, pelayanan Pdt. Surya Kusuma adalah contoh yang patut diikuti oleh para pemimpin gereja lainnya.

Doa Mewujudkan Koneksi Responsif

Keterlibatannya dalam doa dan upaya untuk menjaga keterhubungan spiritual jemaat menunjukkan bahwa kepemimpinan gereja dapat dan harus melampaui batas-batas fisik gereja itu sendiri.

Ini memberi kita pelajaran tentang pentingnya kepemimpinan yang empatik dan responsif terhadap kebutuhan jemaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun