Mohon tunggu...
Obed
Obed Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Menghidupi Kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Soft Landing dan Transisi Kekuasaan

21 Agustus 2024   10:37 Diperbarui: 21 Agustus 2024   13:05 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kekuasaan adalah kemampuan untuk memengaruhi, mengendalikan sumber daya, dan membuat keputusan. Dalam dunia politik dan bisnis, kekuasaan ini sering digunakan untuk menentukan kebijakan, memimpin organisasi, atau membentuk opini publik. 

Namun, ketika seorang pemimpin mendekati akhir masa jabatannya, transisi kekuasaan menjadi tantangan krusial. Konsep soft landing menjadi relevan dalam situasi ini, yaitu strategi untuk memastikan bahwa perubahan kekuasaan berjalan mulus tanpa gangguan signifikan.

Strategi soft landing mencakup berbagai langkah untuk mengurangi risiko atau dampak negatif dari pergantian kekuasaan. Dalam dunia bisnis, proses ini sering terlihat saat CEO atau eksekutif senior mundur.

Dengan memastikan pengganti yang tepat telah dipersiapkan dan informasi jelas disampaikan kepada semua pihak, transisi bisa berjalan tanpa hambatan besar. Ini menegaskan pentingnya manajemen transisi untuk menjaga keberlanjutan organisasi, baik dalam politik maupun bisnis.

China dan Amerika

Beberapa negara memiliki pendekatan berbeda dalam menerapkan soft landing saat terjadi pergantian kekuasaan. China, misalnya, memiliki transisi kekuasaan yang sangat terstruktur dan terencana dalam kerangka Partai Komunis. 

Transisi dari Hu Jintao ke Xi Jinping pada 2012 menunjukkan bagaimana peralihan kekuasaan dapat dilakukan dengan stabil melalui persiapan yang matang. Proses ini menghindari gejolak politik, menjadikannya contoh keberhasilan soft landing dalam konteks sistem politik otoriter.

Sebaliknya, di Amerika Serikat, transisi kekuasaan diatur oleh sistem demokrasi yang kuat. Meskipun perbedaan ideologi sering mewarnai proses transisi, mekanisme konstitusional memastikan perubahan kekuasaan berjalan damai. 

Namun, transisi dari Trump ke Biden pada 2020 menunjukkan bagaimana dinamika politik bisa mengganggu soft landing, terutama ketika klaim kecurangan pemilu tidak terbukti. 

Korea Utara dan Afrika

Korea Utara menghadirkan model soft landing yang unik di bawah kendali penuh dinasti Kim. Transisi kekuasaan dari Kim Jong-il ke Kim Jong-un pada 2011 dilakukan dengan kontrol ketat dan persiapan yang hati-hati. 

Meskipun tidak ada mekanisme demokrasi atau transparansi, proses ini tetap berjalan lancar berkat kendali kuat rezim. Stabilitas transisi di sini bukan didorong oleh negosiasi atau persiapan bersama, melainkan oleh otoritas absolut yang memastikan tidak ada gejolak.

Di Afrika, pendekatan terhadap soft landing sangat beragam. Ghana adalah contoh positif di mana transisi kekuasaan berjalan damai dan terencana sejak reformasi demokratis pada 1992. 

Di Zimbabwe, transisi dari Robert Mugabe ke Emmerson Mnangagwa pada 2017 diwarnai ketidakpastian dan tekanan politik. Meskipun ada usaha untuk menciptakan soft landing, ketegangan politik dan intervensi militer menunjukkan tantangan yang sering dihadapi di negara-negara dengan sejarah konflik.

Perbandaingan

Perbandingan antara China dan Amerika Serikat menggambarkan dua model transisi kekuasaan yang kontras. Di China, transisi kekuasaan terstruktur dan direncanakan dalam kerangka partai yang kuat. 

Sementara itu, di Amerika Serikat, meskipun transisi didasarkan pada sistem demokrasi, perbedaan politik dapat menciptakan tantangan dalam mencapai soft landing, terutama ketika terjadi konflik internal yang memengaruhi legitimasi proses.

Jika dibandingkan dengan Korea Utara, transisi di Afrika menunjukkan beragam tantangan. Di Korea Utara, stabilitas didukung oleh kontrol otoriter, sementara di Afrika, keberhasilan soft landing sangat tergantung pada kualitas institusi demokratis dan kesiapan masyarakat untuk menerima pergantian kepemimpinan. 

Kunci Soft Landing

Keberhasilan soft landing di China sangat bergantung pada perencanaan jangka panjang yang dilakukan oleh Partai Komunis. Dengan persiapan yang matang, penerus dipersiapkan sejak dini melalui mekanisme kaderisasi dan evaluasi ketat. 

Hal ini memungkinkan penerus memahami tantangan sebelum mengambil alih kekuasaan, menciptakan stabilitas politik dan menjaga kesinambungan kebijakan.

Di sisi lain, meskipun transisi kekuasaan di Amerika Serikat diatur oleh konstitusi, dinamika politik yang kompleks dapat mengganggu soft landing. 

Transisi dari Trump ke Biden menunjukkan bagaimana perbedaan ideologi dan klaim kecurangan bisa menimbulkan ketegangan, meskipun pada akhirnya prinsip demokrasi tetap dijalankan untuk menjaga proses transisi tetap damai.

Soft landing dapat dicapai melalui berbagai mekanisme, tergantung pada struktur kekuasaan yang berlaku. Apakah melalui kontrol otoriter seperti di Korea Utara atau proses demokratis di Ghana, stabilitas tetap menjadi kunci dalam setiap transisi kekuasaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun